Dispensasi waktu itu ternyata memicu sejumlah ormas untuk bertindak sepihak. Mereka mengancam akan melakukan sweeping di wisma yang masih nekat buka setelah deklarasi penutupan.
Suasana pun makin memanas. Di sini FKUB berupaya meredam ormas-ormas yang tak sabar menggelar eksekusi.
Meski sudah diredam, gesekan pasca deklarasi penutupan akhirnya pecah pada 23 Juni. Terjadi perdebatan panas antara pihak pro dan kontra penutupan yang diundang salah satu stasiun televisi. Tawuran pecah di luar studio, setelah acara usai.
Situasi makin memanas memasuki Ramadan. Polisi disiagakan di sekitar lokalisasi yang menolak ditutup itu. Mereka berjaga-jaga agar jangan sampai terjadi pertumpahan darah. Sebab dua kubu yang berseberangan itu saling bertetangga.
Bentrokan besar akhirnya terjadi di pengujung Ramadan, 27 Juli 2014. FPL dan ormas pendukungnya akan menghadapi eksekusi dari pemkot.
Minggu pagi itu ribuan personel gabungan sudah membawa plakat bertulisan, Kelurahan Putat Jaya Kampung Bebas Lokalisasi Prostitusi.
FPL dan ormas lainnya sudah berkumpul di mulut gang. Jalan kembali diblokade. Jangan sampai plakat itu dipasang. Asap hitam dari ban yang dibakar membubung tinggi. Chaos terbesar di Gang Dolly itu pun akhirnya terjadi.
Pertempuran yang sudah diprediksi itu terjadi di hadapan anggota Forkaji. Mereka menyaksikan runtuhnya lokalisasi yang berdiri hampir setengah abad itu tanpa keluar keringat.