AMEG - Pada bulan Mei 2021 akan terjadi suatu fenomena langit menarik untuk diamati, yaitu Fenomena Gerhana Bulan Total (GBT). Pada tanggal 26 Mei 2021 yang dikenal dengan sebutan Super Blood Moon. Akan muncul di langit Indonesia. Menjadi cukup spesial karena bertepatan dengan Hari Raya Waisak 2565.
Menurut R Jamroni ST MT, Staf BBMKG Wilayah IV Makassar melalui rilisnya, Mei 2021 akan terjadi suatu fenomena GBT.
Fenomena puncak gerhana ini akan dapat diamati langsung tanpa memerlukan alat Bantu optik pada jam 18.46 WIB di wilayah barat Indonesia. 19.46 WITA di wilayah Tengah Indonesia. 20.46 WIT di wilayah Timur dengan durasi puncak gerhana selama 14 menit 30 detik.
Proses GBT dimulai dengan gerhana penumbra yang dimulai pada pukul 15:46:37 WIB. Kontak terakhir penumbra yang mengakhiri seluruh proses gerhana pukul 20:51:16 WIB atau selama 3 jam 7 menit sudah termasuk gerhana parsial dan total.
Fase-fasenya, dimulai pukul 15.46 wib. Disebut awal penumbra, jam 16.44 wib sebagai fase awal sebagian.
Jam 18.09 sebagai fase awal total. Pukul 18.14 wib sebagai fase puncak gerhana dan 18.27 wib sebagai fase akhir total. Sedangkan jam 19.52 wib sebagai fase akhir sebagian dan terakhir jam 20.51 wib sebagai fase akhir penumbra.
Fenomena Blood moon ini hanya terjadi saat fase bulan penuh dan mengalami GBT dimana Bumi bergerak diantara Bulan dan Matahari. Berada pada posisi garis lurus.
Pada saat bumi bergerak maka bulan akan tertelan bayangan bumi. Bulan akan tampak merah karena pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi.
Fenomena Super Blood Moon ini, akibat dari gelombang cahaya panjang yang datang dari Bumi inilah yang membuat bulan tampak merah. Dia akan semakin merah jika polusi udara, tutupan awan atau ketebalan partikel di atmosfer Bumi yang ditembus cahaya itu semakin besar.
Fenomena pertama adalah Supermoon. Disebut demikian karena Bulan masih berada di titik terdekatnya dengan Bumi (perigee).
Dengan begitu, Bulan akan terlihat lebih besar dan bercahaya dibandingkan waktu-waktu sebelumnya.
Disebut Blood Moon, sebab saat Gerhana Total, tampak berwarna merah darah karena cahayanya ditapis sedemikian rupa oleh atmosfer Bumi.
Dengan kecerlangan berkisar 15.6 % lebih terang dibandingkan dengan rata-rata atau 29.1 % lebih terang pada saat bulan berada di titik terjauhnya (Apogee).