Tolak Tracing, Terancam Diusir

Jumat 28-05-2021,09:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

AMEG - Hari keempat swab PCR massal di seluruh flat milik Pemkot Surabaya menargetkan 4 ribu keluarga.

Masalahnya, tidak semua penghuni mau dites. Banyak penghuni yang menolak untuk di-tracing oleh

swab hunter. Petugas dan penghuni sampai kucing-kucingan.

“Sulitnya minta ampun. Sampai petugas gedor-gedor pintu tidak keluar,” ujar Kabid Pemanfaatan Bangunan Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) Surabaya Taufik Siswanto kemarin (27/5).

Tracing Covid-19 dengan swab tes yang di lakukan di rusun rusun di Surabaya untuk menekan kasus Covid-19.(Foto: Eko-Disway)

Problem klasik yang masih dihadapi pemkot adalah masih ada warga yang belum percaya adanya Pandemi Covid-19. Jangankan di-swab, pakai masker saja masih ogah.

Ada juga penghuni flat yang menghilang atau mengunci diri di unit masing-masing. Mereka takut dikarantina jika terkonfirmasi positif Covid-19. Petugas juga mendapati flat yang kosong. Penghuninya masih di luar kota, belum pulang mudik.

DPBT pun mengeluarkan aturan tegas agar penghuni flat nurut dengan pemkot. Penghuni yang tidak

mengikuti kegiatan swab atau namanya tidak muncul di hasil swab harus mencari tempat hunian lain.

Begitulah kalimat di surat edaran itu.

Ketentuan yang ditandatangani sejak 25 Mei itu sudah mulai disosialisasikan kemarin. Taufik berharap

warga yang selama ini menempati hunian murah Pemkot itu mau menurut. Petugas DPBT yang menjadi

penanggung jawab flat diminta memantau sirkulasi warga. Yang namanya tidak ada di daftar tidak boleh

masuk ke gerbang flat.

Surat Dari Pemerintah Kota Surabaya terkait himbauan tes Swab bagi penghuni rusunawa.(Foto: Eko-Disway)

Kalau membangkang, sudah ada 11 ribu keluarga yang sudah mengantre tinggal di flat. Unit flat murah

milik pemkot memang jadi rebutan warga. Tarif retribusi bulanan cuma Rp 20 ribu untuk lantai paling

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler