Kiai Nu’man meminta kami datang ke Pesantren JeHA setelah Lebaran. Ia yakin karaoke dewasa di sepanjang Putat Jaya Gang IV B buka lagi.
***
AMEG - Jalan Girilaya tak lagi macet seperti biasanya. Lalu-lintas Surabaya jauh lebih tenang sore itu (20/5). Pasar Jarak juga masih tutup saat Lebaran.
Toko-toko di sepanjang Jalan Jarak juga masih belum beroperasi. Termasuk toko milik Kiai Nu’man dan Muhammad Nasih, pendiri JeHa. Rumah mereka masih tertutup rapat.
“Waduh, aku nggak di rumah,” ujar Nasih saat ditelepon sore itu. Kami memang tidak janjian ketemu. Keluarga besar pendiri JeHa sepertinya masih mudik ke Leran, Gresik.
Sementara itu suasana Putat Jaya Gang IV B justru sebaliknya. Dari mulut gapura sudah terdengar musik dangdut dengan suara bass yang menggelegar.
Rupaya yang dibilang Kiai Nu’man tidak salah. Rumah karaoke dewasa yang juga diselipi bisnis pelacuran itu masih buka.
Kami sempat berhenti di depan pesantren JeHa. Pagarnya yang selalu terbuka untuk umum, kini dikunci. Tak terdengar lagi suara khataman Alquran yang berkumandang sepanjang bulan puasa.
Penguasa karaoke yang berhenti beroperasi sepanjang Ramadan kini mengambil giliran. Sudah sebulan mereka tutup. Tempat karaoke sudah harus buka biar dapat duit lagi.
Tradisi ini sudah terjadi sebelum Dolly resmi ditutup 18 Juni 2014. Semua wisma dan tempat karaoke tidak boleh buka. Mereka menghormati umat Islam yang berpuasa. Sementara itu Pekerja Seks Komersial (PSK) pulang kampung
Kini sisa-sisa lokalisasi itu berkumpul di Putat Jaya Gang IV B. Jadi satu lingkungan dengan Pesantren JeHa.
Sore itu, rumah karaoke di samping pesantren masih tutup. Suara musik terdengar agak jauh, dari sisi selatan.
Saat berjalan di sepanjang lorong gang sempit itu beberapa warga menyapa dengan ramah. Mereka sudah mengenal kami yang sudah tujuh kali berkunjung pesantren dan masjid JeHa yang sedang dibangun itu.
Sementara beberapa orang lainnya memandang dengan sinis. Mereka juga tahu kami sering mondar-mandir di gang itu dengan M. Nasih. Ialah tokoh muda asli Jarak-Dolly yang jadi musuh besar pengusaha prostitusi.
Setelah jalan hingga ke ujung gang, ternyata ada tiga rumah karaoke yang sudah beroperasi. Masih banyak yang tutup.
Suara nyanyian pelanggan dan wanita penghibur terdengar nyaring dari depan rumah karaoke itu. Pengeras suaranya beradu satu sama lain.