AMEG - Atlet Jujitsu Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Wahyu Tedy Pratama meraih juara di ajang Mixed Martial Arts (MMA) / Tarung Bebas Campuran di kelas lightweight (kelas ringan) 70.3 kilogram (155 pound), di Probolinggo Jawa Timur.
“Ada beberapa kelas. Seperti flyweight, atomweight, featherweight dan lain-lain. Saya kelas lightweight. Ini untuk umum. Hanya dibatasi berat badan serta usia minimal 17 tahun dan maksimal 45 tahun,” ujar Regar, saat ditemui di Ruang Humas ITN Malang, Selasa (1/6/2021).
Regar, sapaan Wahyu Tedy Pratama, menceritakan perjuangannya berlaga di GOR Sasana Krida. Ia di bawah naungan Lion Killer ITN. Meraih juara setelah mengalahkan Muhammad Rozali, atlet tinju dari Pertina Kabupaten Probolinggo.
Ia bertanding sebanyak 15 partai. Lawannya berasal dari berbagai beladiri. Seperti: muangthai, kick boxing, tinju, silat dan lainnya. Menerapkan berbagai teknik pertarungan, pergumulan, tendangan, pukulan dan kuncian.
Finalnya, Jumat (28/5/2021). Baru pertama mengikuti MMA, ia cedera. Namun hasil membanggakan diraihnya. Pasalnya, detik-detik awal pertandingan, berhasil membuat lawan tap out (menyerah).
Sebelumnya, Regar terkena pukulan telak di jakunnya hingga cedera. Namun, dengan sigap mahasiswa Teknik Informatika S-1 ini, balik menyerang dengan pukulan, tendangan dan ditutup kuncian.
“Baru mulai pertandingan. Beberapa detik saya kena pukulan di jakun. Hingga cedera. Tapi, saya balik menyerang. Belum satu menit awal, selesai. Saya berhasil mengalahkan lawan,” katanya penuh semangat, meski masih memakai pelindung leher.
MMA tidak memakai sistem pertandingan seperti turnamen kebanyakan. Awal pendaftaran, peserta harus menyerahkan portofolio kejuaraan yang pernah diikuti dan kemenangan yang pernah diraih.
Portofolio tersebut diseleksi. Maka, semua peserta berpengalaman di bidang masing-masing. Rerata sudah memiliki track record tanding. Minimal kejurprov. Bahkan ada yang kejurnas. Regar menyertakan portofolio sekitar lima kali pertandingan dengan kemenangan mutlak. Ia pernah mencicipi dua kali kegagalan.
“Melalui portofolio, panitia melihat track record peserta dari pertandingan yang pernah diikuti sebelumnya. Pertandingan profesional seperti di MMA tidak ada sistem gugur atau juara. Siapa yang paling kuat itulah yang dicari. Jadi, seperti perebutan puncak rantai makanan,” ungkap putra kelahiran Madiun ini.
Bermain di season ke 10 dan menempati sudut biru, Regar menyelesaikan pertandingan kurang dari satu menit. Ini menjadi pencapaian luar biasa bagi Regar. Mengingat MMA dalam peraturannya memberi kesempatan 3 ronde pertandingan, dengan durasi waktu 5 menit per ronde.
Strategi kemenangan Regar sebagai fighter (petarung) Jujitsu melawan petinju, adalah terus menekan. Merapatkan badan agar tidak terpukul. Padahal sebagai petinju, lawan Regar seharusnya bisa menjaga jarak.
Namun, Ketua UKM Jujitsu ITN Malang ini, tidak memberi ruang sama sekali untuk lawan. Regar akhirnya menggunakan teknik kesa gatame (kuncian pinggang) dan bisa bertahan beberapa detik. Hingga akhirnya tap out, dengan KO.
“Saya tidak ingat lagi bagaimana rasanya terpukul. Saya masih bisa berdiri dan berjuang lagi. Saya sempat melayangkan pukulan, melakukan bantingan dan kuncian. Hingga mendapatkan kemenangan mutlak."
"Sangat luar biasa bagi saya. Karena sebelumnya tidak ada bayangan bisa bermain dan menang dalam MMA. Biasanya saya bertarung di zona saya sendiri (Jujitsu)".