"Bahkan waktu saya kelas tiga, saat itu waktunya menjalani try out. Namun saya hanya mengikuti try out pertama di hari pertama saja. Setelah itu, saya diajak untuk pengembangan leadership di Surabaya. Serta baru pulang saat menjelang Ujian Nasional," terangnya.
Dia juga menceritakan, lingkungan di sekolah tersebut dibentuk seperti memiliki desa dan kota sendiri. Karena perlengkapan apapun sudah ada di dalam sekolah tersebut. Mulai tempat ibadah lima agama, hotel dan sebagainya.
Sementara itu, setelah beberapa bulan dia resign dari sekolah itu. Dia mengaku kondisi psikologisnya sudah lebih baik. Selain itu, saat ini dia juga tengah kembali beradaptasi di lingkungannya.
Dari hasil sidak Komisi E DPRD Jatim, saat ini ada sekitar 80 siswa yang masih berada di asrama sekolah itu. Untuk siswa lainnya melakukan pembelajaran secara daring dari kediamannya masing-masing. Untuk keseluruhan yang tinggal di asrama mulai dari alumni dan siswa ada sekitar 200 orang.
Para alumni itu mengelola sektor usaha yang ada di lokasi itu. Menurut Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Hikmah Bafaqih, Kemendikbud telah menetapkan sekolah itu sebagai sekolah penggerak. Maka dari itu, ketetapan itu harus benar-benar terkonfirmasi lagi. (*)