Layani Tambah Bumbu dan Kuah

Minggu 06-06-2021,04:01 WIB
Reporter : Heti Palestina Yunani
Editor : Heti Palestina Yunani

Masakan tradisional Nusantara akan selalu mendapatkan tempat di hati para penggemarnya. Secara umum, masyarakat tetap memilihnya di antara kuliner dari negara lain yang bertebaran. Karena itu, berbisnis makanan dari negeri sendiri itu tetap juga menjanjikan. Itulah yang dirasakan Dapur Mbok Geol.


AMEG - Sebenarnya yang dijual Edwin Fiatiano dan istrinya Miranda seputar menu sehari-hari. Hampir bisa ditemui di meja makan di rumah. Sebut saja lodho ayam kampung, ayam pepes bakar, ayam goreng lengkuas/serundeng, ayam bakar bumbu rujak, udang/ayam saus telur asin, bistik lidah sapi, atau tumis daging cabe hijau.

Tapi justru itulah. Ketika menyajikan menu-menu rumahan begitu di kedainya, Dapur Mbok Geol, yang didirikannya pada 2019 itu tak pernah sepi pelanggan. Apalagi tak hanya melayani pembelian sebagai lauk-pauk. Melainkan juga sebagai sajian nasi kotak. Berupa paket dua macam harga yang diatur dengan aneka pilihan lauk. ”Gampang, pesannya minimal 20 kotak pasti kami layani,” katanya.

Saat melayani pemesan, Edwin-lah yang bergerak sebagai pemasaran sekaligus admin. Pesanan disampaikan kepada istrinya, Miranda, si juru masak. Keduanyalah yang kompak mengelola kedai bersama-sama setahun sebelum pandemi. ”Eh baru jalan setahun ada Covid-19. Tapi kami terus mencari cara untuk tetap bertahan. Salah satunya ya setia menjual makanan Nusantara untuk sehari-hari,” katanya.

Di antara menu-menu itu, ayam bakar bumbu rujak dan lodho ayam kampung jadi menu yang paling laris. Dua varian berbasis ayam itu bahkan terjual hampir sepanjang hari. Rata-rata pembeli Dapur Mbok Geol sudah pernah merasakan lantas ingin memesan lagi. Seperti ayam bakar bumbu rujak yang dinilai berasa gurih, kaya akan rempah, dan berpadu dengan sensasi pedas.

Edwin Fiatiano untuk Harian Disway

Dalam mengolahnya, daging ayamnya dibakar Miranda dengan suhu tertentu. Untuk mendapatkan kematangan merata tanpa membuat bagian luarnya menjadi kering. Cara itu diakui Miranda dari hasil pengamatannya Bersama suaminya ke kedai atau para penjual yang menyediakan menu sama. Hasilnya, Miranda mendapatkan olahan yang khas.

”Daging ayam itu kami bumbui dengan cabai merah, bawang merah, bawang putih, kemiri, asam, dan bumbu-bumbu lainnya. Semua kami olah agar mendapatkan citarasa yang sedikit pedas namun tetap terasa rempahnya. Bumbu bakaran kemudian kami sertakan agar pembeli makin puas menyantapnya,” cerita Edwin.

Setali tiga uang, lodho ayam kampung khas Trenggalek jadi andalan Dapur Mbok Geol selanjutnya. Lauk yang satu ini merupakan olahan ayam dengan kuah santan berwarna kuning kecokelatan. ”Bumbunya bawang merah, bawang putih, jahe, kunir, kencur, santan, ketumbar, dan merica. Rempah-rempah tersebut dicampur untuk membentuk kuah dengan ciri kental tapi tetap kaya rasa,” terang Miranda.

Sementara ayamnya dikukus agar teksturnya menjadi lembut. Biar tak butuh banyak usaha untuk melepaskan daging dari tulang. ”Menyantap dengan nasi hangat, sambal bajak atau sambal teri dan lalap timun segar. Dalam paket 4, sudah plus urap-urap, oseng-oseng tahu-tempe, krupuk udang, dan sambal bawang. Makannya tidak pakai sendok, tapi langsung pakai tangan. Awas ngiler lho ya,” ujar Miranda.

Dalam menu lauk saja, ayam bumbu rujak, lodho ayam kampung, ayam goreng lengkuas/serundeng itu sudah dipotong menjadi 12 bagian. Menu lainnya rata-rata ditawarkan dalam ukuran 500 gram. Khusus untuk ayam bumbu rujak dan lodho ayam kampung harga satu paket itu sudah disertai urap-urap. Biar langsung santap di rumah.

Saat memenuhi kedua menu favorit itu, ada permintaan yang selalu diharapkan pelanggan yaitu ekstra bumbu rujak. ”Kalau lodho ayam kampung, biasanya orang-orang minta porsi kuahnya diperbanyak. Bahkan, mereka sampai rela membayar ekstra demi mendapatkannya. Ya kami penuhi. Buat pelanggan apa sih ya enggak kami kasih, hehehe,” kata pria doyan guyon itu.

Sejauh ini Miranda yang memasaknya tak pernah merasa kewalahan. Sebab perempuan itu memang senang memasak. Kebisaannya itu dipelajarinya dari neneknya yang menjadi juru masak. Bahkan menular kepada ibunya. Hampir 90 persen resep makanan Dapur Mbok Geol adalah penerapan resep turun-temurun keluarga.

”Sudah senang masak jadi ya enggak masalah berapa pun saya siap memenuhi. Termasuk bila ada yang memenuhi menu tambahan dalam paket. Seperti sambal goreng kentang, ayam pepes bakar, rolade ayam, atau udang goreng tepung. Malah bisa saja andai enggak ada di menu kami,” ungkapnya.

Selama pandemi, Edwin bersyukur usahanya tetap berjalan. Padahal awalnya hanya sebagai pencari jalan keluar akibat pandemi. Tapi, seiring berjalannya waktu, pesanan semakin banyak. Mulai kalangan kerabat, teman kerja, sampai masyarakat sekitar mulai jadi pelanggan setia.

Yang dilakukan Edwin dan Miranda sekarang adalah merawat relasi tersebut sehingga ada pesanan selanjutnya. Mengakrabkan diri dengan konsumen menurutnya masih jadi cara efektif untuk meningkatkan pesanan kembali.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler