Perang, antara utara, yang anti perbudakan (disebut Kubu Union) atau pihak Presiden Lincoln dan Seward. Melawan selatan, pro perbudakan (disebut Kubu Konfederasi). Mirip cebong dan kampret, gitulah. Tapi, ini perang beneran. Sampai mati banyak.
Alasan beda ideologi utara-selatan rasional. Utara menganggap perbudakan tidak perlu. Melanggar hak asasi manusia. Selatan, kebanyakan tuan tanah yang butuh mempekerjakan budak. Sama sekali tidak dikaitkan agama.
Seward sangat vital jadi penasihat Lincoln. Mulai pembuat konsep pidato presiden sampai strategi dukungan negara-negara Eropa di perang saudara.
Seward membantu memastikan, bahwa Eropa tidak mengakui Kubu Konfederasi (yang ingin memisahkan diri) sebagai negara berdaulat. Pokoknya, Lincoln-Seward kompak sekali. Membangun AS.
Akhirnya perang usai. Dimenangkan Kubu Union.
Pada 14 April 1965, eks tentara, John Wilkes Booth, membunuh Presiden Lincoln. Di hari yang sama, komplotan John Booth menikam Seward yang terbaring di bed karena kecelakaan kereta beberapa hari sebelumnya.
Tikaman merobek leher Seward. Tapi, ”suatu keajaiban” (begitu sebutan rakyat AS) tidak mengenai nadi. Sehingga, Seward selamat dari pembunuhan.
Presiden Lincoln digantikan Andrew Johnson. Seward masih Mensetneg. Duet mereka meluaskan wilayah AS dengan membeli Alaska dari kaisar Rusia, 1867.
Prabowo mengambil contoh itu, tepat. Dari segi rivalitas, posisi, dan usia. Sangat mirip.
Prabowo: ”Saya yakin Bapak Jokowi merah putih. Bapak Pancasila. Karena itu, saya mendukung Bapak,” tegas Prabowo.
Dilanjut: "Beliau jadi presiden untuk mengabdi kepada Indonesia. Saya juga mau berbakti untuk Indonesia. Kalau sama-sama mau mengabdi untuk Indonesia, kenapa bermusuhan?”
Seperti duet Lincoln-Seward, Jokowi-Prabowo selama ini kompak. Membangun Indonesia. Prabowo juga tepat, menceritakan ini sekarang. Sebelum 2024. (*)