
Semua orang—termasuk para siswa asing itu—begitu lancar berbicara bahasa Korea. Bahkan aksennya hilang (bagaimana mungkin?). Tidak banyak situasi komedi yang muncul akibat perbedaan budaya dan kebiasaan. Dan dari tiga episode pertama, tak sekalipun mereka berbicara dengan bahasa ibunya.
Padahal, bisa mengumpulkan aktor dari beragam ras adalah langkah positif. Mereka adalah aset yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan komedi yang lebih multikultural. Misalnya, salah paham karena perbedaan budaya.
Atau kekonyolan akibat language barrier. Kalau seperti ini, rasanya seperti menonton Kelas Internasional-nya NET TV. Dalam versi yang lebih mewah.
Meski begitu, kalau ditanya apakah So Not Worth It tetap worth it buat ditonton? Ya, cukup worth it lah… (*)
So Not Worth It
(bisa disaksikan di Netflix)