AMEG - TAYLOR SWIFT, kalau sudah bekerja bareng dengan Aaron Dessner dan Justin Vernon, pasti dahsyat. Bersama Dessner, dia menang Album of the Year Grammy Awards 2021 lewat Folklore. Sedangkan bersama Bon Iver—band milik Vernon—Swift merilis Exile. Yang oleh berbagai media musik disebut-sebut sebagai salah satu lagu terbaik tahun lalu.
Bagaimana kalau ketiganya bersatu? Tentu lebih hot lagi! Swift, Dessner, dan Versnon berkolaborasi dalam single Renegade. Yang dirilis Jumat lalu (2/7). Lagu itu merupakan proyek Big Red Machine, duo yang digawangi Dessner dan Vernon. Dan bakal masuk dalam album How Long Do You Think It’s Gonna Last?. Rencananya diluncurkan pada Agustus mendatang.
Lagu itu direkam di Kitty Committee. Studio milik Swift di Los Angeles. Sekitar Maret lalu. Hampir bersamaan dengan saat Swift dan Dessner meraih Grammy untuk Folklore. Selain album ketujuh Swift itu, Dessner juga membantu penyanyi 31 tahun tersebut memproduseri album kedelapan, Evermore. Yang dirilis pada Desember 2020.
’’Waktu mengerjakan Folklore dan Evermore, Taylor dan aku sering ngobrol soal eksperimen baru. Kami ingin suatu hari nanti menulis lagu untuk Big Red Machine,’’ tutur Dessner dalam pernyataan resmi yang dikutip Variety. Suatu hari nanti itu, ternyata tidak butuh waktu lama.
Menurut Dessner, mereka menulis bukan untuk tujuan apa pun. Murni karena mereka menikmati menulis lagu bersama teman. ’’Seperti itulah awal mula terbentuknya Big Red Machine (BRM). Dan seperti itulah Renegade tercipta,’’ ungkap Dessner.
’’Kami menulisnya tepat setelah menyelesaikan Evermore. Kami langsung menyadari, ini lagu BRM banget. Lirik Taylor menghantamku keras-keras sejak kali pertama dia mengirim voice memo,’’ papar musisi 45 tahun itu. ’’Dan masih begitu sampai sekarang,’’ imbuhnya.
Renegade melanjutkan gaya eklektik dan ethereal seperti yang diperkenalkan Swift dalam dua album terakhir dia. Meskipun, yang ini digarap lebih elektronis. Penyanyi Cardigan itu menambahkan unsur-unsur eksperimental dalam penulisan lirik. Sehingga rasanya lebih dalam dan menyayat. Terasa sekali kisahnya diilhami oleh pengalaman pribadi.
Lagu ini mengangkat isu kesehatan mental. Dan bagaimana hal itu bisa berpengaruh terhadap hubungan. Ketika salah satu pasangan merasa menjadi yang paling menderita. Lantas menggunakan alasan kecemasan sebagai ’’senjata’’ untuk menyakiti sang pacar. Meskipun hal itu—sudah pasti—tidak dilakukan secara sadar.
Lirik yang paling kuat dimulai dari bridge. ’’Are you really gonna talk about timing in times like these / And let your damage damage me / Carry your baggage up my street / And make me your future history.’’
Hingga yang paling sakit, Taylor menuntut ’’Is it insensitive for me to say / Get your s**t together, so I can love you? Is it really your anxiety that stops you from giving me everything. Or you just not want to?’’ Kalimat itu hanya bisa dilontarkan oleh kekasih yang terus-menerus ditolak. Tak peduli betapa keras dia mencoba meringankan beban sang kekasih. Ada yang merasa related? Hehe…
’’Waktu aku bertemu Aaron, aku langsung tenggelam dalam dunianya. Yang kreativitasnya mengalir begitu bebas, seolah tak ada habisnya. Bersamanya, aku enggak kebanyakan berpikir. Aku hanya menulis dan menulis,’’ tutur Swift dalam unggahan Instagram, saat mempromosikan Renegade. ’’Terima kasih Aaron telah mengundangku ke pestamu,’’ imbuh mantan bintang country itu. (*)