“Bagus sekali lokasinya. Keren. Lain waktu ke sini lagi deh,“ ujar HM Tazbir Abdullah, mantan Kepala Dinas Pariwisata DIY saat pertama kali datang ke PTT. Dan, janji ini, sudah dibuktikan. Sekretaris Percepatan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata era Arief Yahya ini sudah tiga kali ke PTT.
Spot Pawon Tradisional
Selain spot foto berlatar alam, ada sejumlah spot instagramable yang sengaja dibuat. Di antaranya Payung Gedhe berdiameter 3 meter. Payung ini menjadi ikon PTT. Bertuliskan Pawon Teh Tudung, Lereng Sumbing. Berada di pintu masuk depan Limasan. Sepertinya belum sah, jika ke PTT tapi belum berfoto di sini.
Ada pula sejumlah tulisan kearifan nilai Jawa yang ditempel di gebyok Limasan utama. Tulisan ini juga bisa diambil untuk berfoto di dekat payung besar. Atau foto di-spot lain di PTT. Kemudian, ada “tiruan“ pawon atau dapur tradisional. Lokasinya di sisi selatan (outdoor). Ada keren (tungku) dari tanah, amben (dipan) dan gebyok lawasan tradisional. Aksesoris jagung kering memperkuat kesan sebagai dapur yang biasa dimiliki orang desa.
Suguhan Kuliner Khas
Pawon Teh Tudung (PTT) menyajikan kekayaan budaya kuliner yang khas. Baik minumannya maupun makanannya. Tagline “Melestarikan Warisan Adiluhung“, benar-benar diwujudkan dalam atraksi menu yang disajikan.
Di PTT, para tamu bisa menikmati menu Teh Tudung. Sajian minum teh yang dikemas dalam teko yang diberi tudung. Dibungkus selimut. Selimut atau tudung itu dipakai untuk menjaga agar teh yang disajikan tetap panas. Ini kearifan lokal masyarakat yang diwarisi oleh Pawon Teh Tudung menjadi atraksi.
Selain itu, Teh Tudung ini disajikan tanpa gula. Ini juga mewarisi kebiasaan masyarakat sejak dulu yang suka minum teh pahit. Bukan teh manis. Karena itu pula, sajian teh utama di PTT juga teh pahit. Gula biasanya dimakan terpisah. Gula yang pas adalah gula merah (gula Jawa) atau gula Aren.
Cara minumnya pun menjadi sensasi tersendiri. Gula arennya digigit dulu, kemudian baru nyeruput tehnya. Atau seruput tehnya terlebih dulu, baru menggigit gulanya. Unik.
Ada Nasi Jagung, Nasi Ungu, Sega Wiwit
“Nasi jagungnya endezzzz sekali Guys. Really recommended!“ Begitu kesan Bobby Ardyanto Setya Aji usai menikmati menu di Pawon Teh Tudung (PTT). Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY ini menikmati menu di PTT bersama keluarganya. Sebagaimana banyak tamu lainnya, biasa datang bersama keluarga. Bahkan, keluarga besar. Tidak hanya dengan anak-anak.
Nasi jagung yang disajikan unik. Beda dengan tempat-tempat lain. Biasanya, nasi jagung disajikan masih terlihat butiran atau kulit jagungnya yang berwarna kuning. Butirannya besar-besar. Nasi jagung di sini, lembut teksturnya. Putih warnanya. Coba saja. Lebih endezzzz, seperti kata Bobby.
Selain nasi jagung, ada inovasi lain. Yakni nasi ungu. Ini nasi gurih yang dimasak dengan bunga telang. Jika di tempat lain, nasi gurih yang dibentuk tumpeng berwarna kuning atau putih, di PTT dibuat warna ungu. Disajikan dalam bentuk tumpeng (gunungan). Dilengkapi dengan aneka lauk seperti kering kentang, suwiran ayam, serundeng dan lainnya. Ada lagi menu dengan keunikan masa lalu yaitu sega wiwit.
Berada di Jalur Nepal van Java
Pawon Teh Tudung menjadi bagian dari eksotika Sumbing. Belakangan, banyak bermunculan spot-spot eksotik di Lereng Sumbing. Salah satunya Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Dusun tertinggi di Lereng Sumbing yang kemudian dikenal sebagai Nepal van Java.
Nah, Pawon Teh Tudung berada di jalur menuju ke Nepal van Java ini. Terutama yang berasal dari Pantura (Pantai Utara) Jawa. Mereka yang ingin ke Nepal van Java dari arah Utara dan menggunakan peta Google, akan dilewatkan jalan di depan Pawon Teh Tudung.