AMEG - Popularitas apel Kota Batu terus merosot, akibatnya petani apel beralih menjadi petani jeruk dan sayur.
Data dalam lima tahun terakhir, kondisi lahan kebun apel di Kota Batu rincinya, tahun 2015 lahan apel seluas 1,768,27 hektar, tahun 2016 seluas 1,765,57 hektar.
Pada 2017 seluas 1,759,69, 2018 seluas 1,765 hektar. Tahun 2019 tinggal 1,092,8 hektar dan tahun 2020 kebun apel di Kota Batu seluas 1200 hektare.
Berbagai terobosan dilakukan untuk mempertahankan ekosistem apel di Kota Batu dengan menciptakan apel varietas baru.
Apel varitas baru itu hasil penelitian petani apel di Kota Batu, namanya Rudi Madianto asal Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Apel varietas baru ini diberi nama Golden Analagi. Varietas baru ini merupakan persilangan apel Manalagi dan apel Anna. "Proses persilangannya sudah kami mulai sejak 2017 lalu," ungkap Rudi, saat acara pemaparan di Kantor Among Tani Foundation Batu, Selasa (17/5/2022).
Proses persilangan ia lakukan di laboratorium. Setelah persilangan dan tumbuh indukan, kemudian disambungkan di pohon apel yang usianya sudah tua.
"Kami langsung sambungkan ke apel yang sudah tua. Karena jika harus menumbuhkan mulai dari kecil hingga besar waktunya terlalu lama. Maka dari itu, kami potong siklus langsung buah dan setelah kami amati ternyata ada yang bagus," jelasnya.
Rudi menuturkan, proses sambungan hingga berbuah butuh waktu sekitar 6-8 bulan. Jika dimulai dari proses penelitian, persilangan, penghidupan, total prosesnya membutuhkan waktu sekitar 2-3 tahun.
Apel varietas Golden Analagi memiliki karakter bunga yang mudah menjadi buah alias tidak mudah rontok. Rasanya lebih renyah. Tidak terlalu asam. Kadar air dan rasa manisnya cukup serta buahnya lebih kebal virus.
Selain itu apel varian baru ini memiliki kulit lebih tebal. Warnanya didominasi kuning dibandingkan warna merahnya.
"Kalau apel baru ini insya Allah masih steril dari virus. Sedangkan untuk apel jenis Anna buahnya terlalu lunak, kulitnya tipis," ungkap Rudi.
Kendala lain apel Anna tidak bisa dipasarkan ke daerah yang jauh. Sebab buahnya hanya bisa bertahan selama empat hari. "Otomatis jika ingin dipasarkan ke luar daerah lumayan sulit," jelas dia.
Dengan adanya problem tersebut, Rudi terpacu untuk mencari solusi agar apel Anna bisa tumbuh lebih bagus. "Karena itu kami buat apel yang ada bijinya agar pohonnya bisa lebat. Karena jika tonase tinggi, keuntungan petani juga ikut tinggi," sebut Rudi.
Salah sorang petani apel, Suparman menyambut antusias varietas apel baru tersebut. Adanya varietas apel baru, ia berharap bisa menjaga komoditas apel di Kota Batu. Sehingga apel yang merupakan ikon Kota Batu tidak punah dan bisa terus bertahan.