Jenazah dikirim ke RSUD Dr Soetomo Surabaya. Diotopsi. Beberapa hari kemudian hasilnya keluar: Paru paru korban kemasukan air. Berarti dia meninggal akibat dipaksa tenggelam.
Polisi mendapatkan identitas korban, beralamat di Kedinding, Surabaya. Sehari-hari pengamen di beberapa terminal.
Penyelidikan berproses. Polisi berkali-kali mengamati rekaman CCTV. Karena itu satu-satunya yang membantu. Tapi sulit. Tidak tampak kendaraan pelaku. Masuk dan keluar, pelaku jalan kaki. Menunduk, wajah tertutup topi. Hanya sebentuk sosok, yang bisa siapa saja.
Polisi menyelidiki orang-orang dekat korban. Umumnya, pembunuhan dilakukan orang dekat, atau setidaknya kenal, korban. Tapi tak ada yang layak dicurigai. Dengan check-in hotel pria-wanita bukan suami-isteri, kemungkinan besar antara pelaku-korban tidak saling kenal.
Pengecoh berat adalah barang berharga korban masih ada. Yang mengarahkan, itu bukan pembunuhan motif harta.
Beberapa hari berselang, seorang warga Banyuurip, datang ke Hotel Hasma Jaya, menyerahkan kunci kamar bertulisan Hasma Jaya. Kata warga itu, kunci tersebut tergeletak di pot bunga, depan rumahnya.
Itulah kunci kamar nomor 42, TKP pembunuhan.
Hotel Hasma Jaya di Jalan Pasar Kembang, berjarak sekitar 350 meter dengan rumah warga Banyuurip penyerah kunci.
Berarti, pelaku setelah meninggalkan hotel, jalan kaki mengarah ke selatan sekitar 200 meter. Lalu belok ke barat. Kemudian masuk salah satu gang di Banyuurip yang padat penduduk. Pada dini hari itu. Akhirnya ia meletakkan kunci di pot bunga.
Temuan batang kunci jadi faktor penting penyelidikan. Polisi kian giat. Tim Polsek Sawahan dibantu tim Polrestabes Surabaya. Hasilnya: Identitas pelaku diketahui. Langsung diburu.
Semula pelaku ngumpet di Kediri. Tapi, kemudian berpindah ke Mojokerto, dan hendak ke Jombang. Tersangka PEP ditangkap di Mojokerto.
PEP residivis. Sehari-hari tukang copet di dalam bus. Juga di terminal. Ia sudah dua kali dipenjara, pencopetan dan penipuan.
Kompol Risky: "Saat ditangkap petugas, tersangka sedang menipu seseorang. Dengan cara pinjam HP, pura pura hendak menelepon keluarga di Nganjuk. Ternyata HP hendak dibawa lari."
Uniknya, tersangka kuat menahan diri tidak mengambil barang berharga milik korban. Ia berusaha mengecoh petugas, mengarahkan pembunuhan bermotif dendam. Atau, setidaknya diarahkan bahwa pelaku bukan orang butuh harta. Diarahkan, profil yang jauh dari kondisi pelaku sebenarnya.
Polisi belum mengungkap motif pembunuhan. Masih disidik.
Pembunuhan Sofia, belum tentu seperti buku karya Kalt: Antara pelaku-korban belum pernah bertemu, sebelum waktu pembunuhan. Belum tentu. Sebab, mereka sama-sama beraktivitas di terminal.