Leong putu
@Duwi… Tips bisa pertamax sekarang, beda saat pertamax era baginda Fadil. Kalau sekarang agar bisa pertamax modalnya cuma Doa. Iya..doa. Doa agar istri ra tepak pol rewel. Doa agar hpnya rusak. Doa agar ra tepak pol kuotanya habis. Doa agar CHD terbit telat. Hanya itu harapannya. Meraih posisi pertamax era ra tepak pol bagai mengharapkan hujan di Kita Dili…. Duuuuh kenapa kota Dili ya ? Jadi ingat lagu romantis itu…Januari di kota Dili . by Rita Efendi. Hahaha
Ahmad Zuhri
Sabtu pagi turun hujan.. Hujan turun dari semalaman.. Walau ngopi sekedar sachetan.. Nikmat mana lagi yg didustakan.. #ngopi sachetan
Mirza Mirwan
Benar, memang. Di luar soal politik, pemerintah Tiongkok sangat peduli terhadap nasib warganya, bahkan yang tinggal di pelosok, dengan status minoritas ganda pula. Xinjiang, atau sebutan resminya Xinjiang Uyghur Autonomous Region -- daerah otonom Uyghur Xinjiang -- itu setingkat provinsi. Nah, di Xinjiang ini ada sebuah kabupaten dengan penduduk sekitar 40.000 jiwa, 80% suku Tajik. Kabupaten otonom Taxkorgan, namanya. Letaknya di dataran tinggi, di atas 3000m dpl. Nah, kemarin (Jumat 23/12), adalah peresmian beroperasinya bandara yang berada di ketinggian 3258m dpl di kabupaten Taxkorgan. Bandara itu dibangun sejak tahun 2020, menghabiskan biaya 1,6 miliar Yuan (US$229 juta) atau setara Rp3,6 triliun. Landas pacu (runway) bandara Taxkorgan itu 3.800m, lebih panjang ketimbang tiga landas pacu bandara Soetta yang 3.600-an (dua landas pacu) dan 3000m. Kata Bupati Taxkorgan, Zapar Attawulla, dengan adanya bandara itu akan mempercepat mobilitas warga, juga barang ke dan dari daerah lain di Tiongkok. Sebelumnya, dengan kendaraan darat, butuh waktu 50-an jam untuk ke Beijing. Dengan pesawat, meski mampir-mampir, paling lama 8 jam. Tetapi, bagaimanapun juga, saya tetap merasa bersyukur menjadi warga Indonesia dan tinggal di negeri tropis ini. Tidak ada negeri Utopia di dunia ini. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, saya mencintai Indonesia dengan sepenuh hati.
Pryadi Satriana
'Kere' - dalam komen saya terdahulu - adalah masalah mentalitas. Kalo sdh naik mobil Innova & sdh tahu kalo kopi 'sachet' sebagian besar 'bukan kopi' dan diberi 'perisa kopi' tapi tetep aja diminum, ya bagi saya itu - maaf - 'kere'. Kalau sudah punya mobil, tapi masih beli tabung gas 3 kg tjap 'khusus untuk orang miskin', itu juga - maaf - 'kere'. Kalau sdh punya jabatan 'tjukup' tinggi, dan berpenghasilan besar tapi masih korupsi itu - kali ini ndhak pake maaf - JELAS 'KERE'. Kalau ada ketua partai - apa pun partainya - mencalonkan capres atas dasar 'hak prerogatif' - darimana pun asal 'hak' itu dan mengabaikan aspirasi partai maupun konstituennya - itu JUGA 'KERE'. Ini sekadar komen, Anda boleh setuju atau tidak. Sehat selalu semuanya. Salam. Rahayu.
Otong Sutisna
Jangan khawatir penggemar kopi sachetan, sebentar lagi akan keluar subsidi mas kawin untuk istri kedua….biar yang pertama bisa pindah ke kopi karungan …. wkwkwk
Muin TV
Ngomongin masalah KERE atau SUGIH. Maksudnya miskin atau kaya. Ketika pemerintah mencabut subsidi bbm dan menaikan harganya menjadi Rp. 10.000 per liter. Saya merasa negara ini sudah KEREEE (tiga e). Gak punya duit. Makanya subsidi dicabut dan harga bbm dinaikkan. Tapi, ketika bicara mobil listrik. Ladalah…. negara ini sangat KAYA. Orang yang beli mobil listrik dapat subsidi 40 - 80 juta. Sedangkan yang beli motor listrik, dapat subsidi 4 juta. Aku pun jadi berfikir, enaknya beli motor listrik atau mobil listrik ya? Halah! Boro-boro mau beli mobil listrik, beli kopi aja sachetan……
Otong Sutisna
Pepatah belajar sampai negeri cina mungkin harus diubah menjadi belajarlah ke negeri +62. Lihatlah negeri ini begitu data covid tidak disampaikan tiap malam di televisi, datanya terus menurun dan masyarakat tidak panik. Penanganan covid terbaik adalah jangan dilaporkan atau yang punya gejala jangan di test atau di periksa, insya Allah datanya pasti nol alias zero, toh ada dan tidak adanya virus covid…. rumah sakit tetap penuh pasien dan yang meninggal juga sama, selalu ada. Apalagi ya….duh susah banget komen serius, kalau otak sudah terpapar virus angsuran dan rumput tetangga yang lebih hijau…
Lukman bin Saleh
Saya kira pemerintahan komunis Tiongkok alergi dengan segala macam protes. Ternyata tidak begitu. Terimakasih infonya Abah. Selama ini saya salah menilai. Dan saya juga minta maaf untuk pemerintahan P Jokowi. Selama ini saya sering protes atas kebijakannya dalam menangani Covid 19. Yang terkesan setengah2. Ragu2. Tidak tegas. Ternyata itulah yang pas. Terlalu ketat seperti Tiongkok kita tidak mampu, dan akan jadi bumerang dikemudian hari. Terlalu menyepelekan seperti Amerika juga bisa berakibat fatal…