Imlek Cemburu

Selasa 24-01-2023,08:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Imlek begitu berbeda di Amerika. Di Asia malam Imlek adalah malam spiritual: malam sungkem kepada orang tua. Atau yang dituakan. Lalu makan bersama sekeluarga. Juga bagi-bagi hong bao.

Keesokan harinya masih acara spiritual: makan mie panjang umur dan mendatangi rumah famili yang dituakan. Sambil mengajak anak-anak untuk dididik: dijelaskan siapa mereka dan mengapa harus datang ke rumah mereka. Anak-anak juga senang diajak unjung-unjung seperti itu: dapat banyak hong bao.

Para "Perusuh" Disway pun hari ini bisa dapat hong bao: secara elektronik.

Di pesta dansa itu tidak ada hong bao. Setelah diketahui pelakunya orang berdarah Vietnam maka motifnya menjadi tidak terlalu sensitif. Pasti bukan kebencian ras. Kemungkinan besar akibat kebencian lain: istri barunya suka dansa di situ. Atau dansa di Alhambra yang gagal ia masuki tadi.

Penembak sendiri sering sekali ke Star Ballroom. Berdansa. Sejak masih bersama istri pertama. Mereka sudah cerai di tahun 2005, tapi masih sering bertemu di situ.

Pun dengan istri yang sekarang. Sering ke ballroom tersebut. Cemburu rupanya tidak mengenal umur –tapi siapa tahu umur istrinya memang pantas untuk dicemburui. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan* Edisi 23 Januari 2023: Santos Lolos

imau compo

Kita tunggu, apakah pelapor dan koran yg memberitakan penipuan Santos ditangkap dan dipenjara?

Ummi Hilal

Percayalah kalau Pakdhe Kertomas seorang pembohong. Kalau tidak percaya,berarti dia jujur .Jujur bahwa Dia seorang pembohong. Kalau percaya berarti dia seorang pembohong.Pembohong kalau dia seorang pembohong.Berarti dia seorang yang jujur dong .Jujur kalau dia seorang pembohong.Yang dikatakan seorang pembohong kalau dia bohong berarti dia benar benar jujur kalau dia seorang pembohong. Ah …mbu-h ,,mbulet

Pakdhe joyo Kertomas

Semoga saja Lek GS bisa jadi presiden US. Biar lengkaplah sekalian. Tuntaskanlah. Wong US juga sumber kebohongan. Banyak hal yg dibesar2kan US ternyata yo mung kentut. Bahkan abah juga pernah bikin buku kentut ekonomi. Dan buku itu juga menceritakan kebohongan US. Walaupun org amrik yg jujur dan baik juga banyak. Yang lugu juga banyak. Seperti di negri wakanda. Yang berani bohong yg bakal sukses di puncak. Yang jujur jujur saja nggak bakalan maju banget. Alias yo biasa waelah. Dan sejak kecilpun kita juga senang mendengar cerita kesuksesan sang pembohong. Siapa lagi kalo bukan Si Kancil. Walau ada yg membelanya. Dia bukan pembohong dia hanya seorang yang cerdik..cerdik memanfaatkan momen. Dan kalo seperti ini maka yang bisa melakukan dg mulus hanya politikus dan politikus ekonomi dan motipator. Anda percaya? Kalo percaya berarti anda telah saya bohongi. Anda tdk percaya? Berarti anda tdk cerdas…..

doni wj

Karena dia dipilih. Dia bukan melamar pekerjaan lalu bisa meyakinkan pewawancara lho Bah.. Dia lolos jadi anggota DPR karena bisa meyakinkan entah berapa puluh atau ratus ribu orang untuk memilihnya. Kalau di negara wakanda pakai bujukan 50 atau 100 ribu an plus sembako sebungkus. Atau kalau tren sekarang langsung beli suara di TPS. Dia lebih hebat lagi. Yang milih tidak dapat apa-apa. Hanya merasa suaranya akan terwakili. Pun di tengah masa kampanye yang banal. Media Amerika sangat kejam ketika menelisik latar belakang pribadi seorang kandidat. Benar-benar letterlijk sampai mengaduk-aduk tempat sampah pun dilakukan. Lalu presenter membicarakan fakta-fakta temuannya di acara televisi. Kebobrokan diomongkan tanpa pakewuh. Sudah mirip kumpulan orang julid sedang berghibah tentang si Anu. Urusan pakaian dianggap tidak pantas untuk datang ke acara tertentu dibahas seru. Manakala si presenter terlihat rapi sempurna jas atau dressnya. Padahal di bawah meja cuma pakai kolor. Hipokrit. Yang terpilih diharapkan adalah sosok yang sempurna. Manakala dirinya sendiri tidak sempurna. Sistem demokrasi liberal di Amerika sering dipuja-puja. Sudah berusia 234 tahun. Kerap dijadikan acuan dan contoh. Tentang bagaimana seharusnya demokrasi dilakukan. Kalau panutannya saja seperti itu. Apa ya mau diterus-teruskan? Quo vadis demokrasi? Saya masih percaya demokrasi. Namun haruslah yang lebih sesuai dengan bangsa kita sendiri. Karena dalam demokrasi. Yang terpilih adalah gambaran masyarakatnya.

Handoko Luwanto

Tags :
Kategori :

Terkait