Ardi Suhamto
Sebagai orang berkatepe condet, mau koreksi: Condet itu di Jakarta Timur, bukan Selatan Bah
Kang Sabarikhlas
Innalillahi wa innailaihi rojiun kolom kosong diatas mestinya blok warna hitam sebagai ungkapan rasa belasungkawa untuk korban gempa di Turki dan Suriah. Maaf saya ndak bisa buat blok hitam sebab hp saya ndak smart.. eh anu saya kok yang goblik, duh. *edisi niru halaman koran yang diblok hitam
mz arifinuz
LINDU. Dulu sewaktu SR, Sekolah Rakyat, teman2 di kampung nyebut orgasme dg kata2: lindu/ gempa. Maka nyebut lonte/pelacur dg samaran: lindu. Guncangan yg penuh nikmat. Guncangan yg bisa bawa dosa, penyakit, neraka; bisa pula bawa pahala, sehat, sorga dunia akhirat.
Liam Then
Saya sering terkagum-kagum tak ada habisnya. Ketika baca artikel singkat tentang ahli-ahli peneliti. Otak dan ketekunan mereka luar biasa. Apalagi baca artikel tentang peluncuran satelit ,atau wahana ke luar angkasa. Atau astronot ke stasiun ruang angkasa. Betapa presisi perhitungannya, ahli matematika , ahli-ahli fisika. Bisa hitung secara presisi, gaya tarik gravitasi bumi, meminjam. Gravitasi bumi untuk melontar wahana. Penyesuaian wahana. Saya tersadar betapa hebatnya mereka, ketika sadar bahwa stasiun antariksa itu mengorbit bumi dengan kecepatan 28.000 km/jam. Weleh, trus itu nyantol nya gimana, bisa presisi. Nyesel tak sekolah. Hahaha
Liam Then
Saya pernah merasakan ikut horang kaya seperti itu, tapi masih taraf level nasional. Aneh saja rasanya, tiba-tiba di telpon, kau besok ke Makassar, temani si Anu. Kau besok ke Bali, dibandara ke temu si Anu. Kau besok ke Medan ambil anu. Yang saya paling mangkel, waktu terima perintah ke Bali, saya sudah senang duluan, akhirnya kesampaian juga keinginan ke Bali, mana gratis lagi. Ternyata hanya sebatas sampai di bandara-nya Bali, ambil koper yang tertinggal. Coba gondok ngga? Sekarang saya bingung kalo ditanya orang pernah ke Bali ngga. Gimana coba jawabnya…? "Pernah, tapi hanya sampai bandara" Jawaban seperti ini masalah, karena pasti bikin repot untuk jawab pertanyaan susulan. Jika di jawab "pernah" saja. Tar lebih repot lagi jika di tanya , kemana saja waktu di Bali. Horang kaya memang sering aneh-aneh.
Jimmy Marta
Beruntung sekali rasanya seorang Beni yg tukang cukur. Saat sang bos berobat ke Singapura, beni disuruh datang kesana. Ia diberi tiket pp hanya untuk mencukur rambut sang bos yg tdk seberapa. Rupanya beni seorang tukang cukur multi talent. Disamping bisa nyukur, bisa juga ngurusi kepentingan lain sang bos. Ia sering bolak balik ke s'pura disuruh melakukan sesuatu. Dan sering juga diajak nemani sang bos mampir ke kasino marina bay. Muri mungkin boleh nyatat ini. Biaya cukur LE ini, pasti akan tercatat sbg ongkos cukur rambut termahal sedunia.
Handoko Luwanto
Secara garis besar reaksi netizen terhadap bencana bisa dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama, reaksi netizen berlandaskan kemanusiaan. Di kelompok ini tidak ada sekat-2 agama, suku, ras, status sosial dll. Kebencian & perang bisa disisihkan dulu, demi rasa empati untuk membantu korban. Meski korbannya ada di pihak lawan. Di kelompok inilah tempat bagi cerita seperti "Good Samaritan". Kelompok kedua, reaksi netizen berdasarkan kecurigaan. Curiga jangan-2 di lokasi bencana sudah terlalu banyak dosanya. Curiga jangan-2 ada agenda terselubung dibawa regu penolong yg berbeda imannya. Curiga jangan-2 ada konspirasi untuk melakukan genosida. Curiga jangan-2 itu psywar dari makhluk asing luar angkasa. Turut berdukacita bagi korban gempa bumi Turki-Syria.
Liam Then
BBC melaporkan pandangan reporternya, banyaknya korban bangunan roboh, karena kebijakan amnesti denda pada pembangun gedung yang tak sesuai peraturan. Amnesti seperti itu kerap di keluarkan oleh pemerintah. Mengutip ahli geologis lokal yang di wawancarai reporter itu , katanya , memberikan amnesti semacam ini , di negeri yang penuh patahan gempa , setara dengan kejahatan. Pindah baca laporan Tom Bateman, masih dari BBC. Kok rasanya dejavu, ternyata gaya tulisan, bahkan irama kalimatnya mirip tulisan Pak Bos. Ada "nafas karakter" didalam tulisan Mr.Tom. Tulisan berita semacam inilah yang "pegangannya" kuat, ada ciri khas, membaca pembaca ke sepotong peristiwa yang di reka ulangkan penulis. Inilah yang saya kira hilang dari reportase-reportase online kita sekarang. Reporternya bahkan sekadar untuk meniru, tak punya kreatifitas, tak punya karakter kuat. --pengamat jurnalistik amatir junior - terakreditasi D+.