Mutilasi Koper Merah Bogor Tanda Kualitas Kriminal Naik

Jumat 17-03-2023,13:47 WIB
Reporter : sukma ameg
Editor : sukma ameg

Mayat pria termutilasi dalam koper merah di Bogor belum terungkap. Ditemukan warga Rabu (14/3) pukul 07.30 WIB, sampai 24 jam kemudian polisi belum tahu indentitasnya. Menunggu warga lapor kehilangan keluarga.

***

TANPA laporan warga, mungkin sulit diungkap. Deskripsi mayat berupa tubuh dari leher sampai pangkal paha. Ada juga potongan kedua tangan. Sedangkan kepala dan kaki tidak ada.

Lokasi penemuan koper merah isi potongan mayat itu di Kampung Baru, Desa Singabangsa, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Letaknya strategis. Di pinggir jalan raya penghubung Bogor ke Tigaraksa, Tangerang. Koper tergeletak dalam kondisi tertutup di rerumputan, pinggir jalan.

Penemu pertama warga setempat. Diceritakan Isah kepada pers: “Rabu (14/3) pagi adik ipar saya hendak berangkat kerja. Sebelum berangkat, ia naik motor membonceng anaknya masih balita, keliling sebentar. Saat itulah ia melihat koper itu.”

Adik ipar Isah lalu memberitahu temannya. Lalu datang teman lainnya lagi. Ukuran koper cukup besar. Beroda. Ada yang bilang, mungkin isinya uang. Akhirnya dibuka.

Isah: “Yang buka kaget. Isinya seperti daging gitu. Ternyata badan orang, telanjang. Tanpa kaki tanpa kepala.” sempat divideolam, diunggah ke medsos. Viral. Akhirnya polisi tiba di lokasi.

Kapolsek Tenjo, Iptu Suyadi kepada pers, menyatakan, tidak ada kartu identitas pada mayat. Diyakini akibat pembunuhan. Ada banyak luka lebam di sekujur tubuh. Juga, tangan diikat tali rafia kuning. Ada tato gambar wajah orang di lengan.

Polisi meminta keterangan warga. Sedangkan, mayat dikirim ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Diperiksa tim forensik. Hasilnya, diumumkan polisi sangat minim, begini:

Mayat pria, usia sekitar 40-45. Waktu kematian sekitar 12 jam sebelum otopsi. Berarti pembunuhan diduga terjadi pada Selasa ((14/3) sekitar pukul 20.00 WIB.

Iptu Suyadi: “Kami masih mencari potongan anggota tubuh yang lain.”

Pasti sulit. Mencari kepala dan kaki yang entah dibuang ke mana. Bisa di Bogor yang begitu luas, bisa juga di kota lain. Bagaimana kalau dikubur, seperti korban dukun Wowon? Atau dicor seperti kasus dua perempuan di Bekasi?

Polisi menunggu bantuan laporan dari warga. Termasuk laporan orang hilang.

Minimnya publikasi otopsi harus dibaca sebagai strategi polisi, menghindari pelaku panik, sehingga berusaha sekuat tenaga menutupi jejak. Kalau itu terjadi, menyulitkan pelacakan.

Walaupun semua pelaku kriminal pasti menghilangkan jejak. Tapi kalau polisi tenang, minim publikasi, penjahatnya bakal ikut tenang. Penjahat bakal menganggap, penyelidikan polisi mentok. Saat itulah (polisi berharap) penjahatnya lengah. Lalu melakukan kesalahan kecil. Akhirnya ditangkap.

Sebaliknya, pembunuh kasus ini sangat pede. Koper diletakkan di pinggir jalan ramai. Warnanya merah sehingga sangat mencolok tergeletak di atas rerumputan. Tidak, misalnya, dibuang agak menjorok ke kebun di dekat TKP. Supaya ditemukan warga agak lama. Dan, pembusukan mayat menyulitkan penyelidikan.

Tags :
Kategori :

Terkait