Al Makin pilih menerima tawaran mengajar di Jerman. Yakni di Bochum University. Ia mengajar mata kuliah tentang nabi Ummaiyah bin Abi Salat yang di Taif itu. "Kitab suci Ummaiyah sampai 1000 koplet," ujar Al Makin. Baik yang Musailamah maupun yang Ummaiyah sama-sama punya semacam Al Fatihahnya.
Beda dua nabi tersebut adalah orientasi ajarannya. Musailamah lebih berorientasi ke Zooroaster. Dengan lambang tanduknya. Ummaiyah lebih berorientasi ke Roma. Roma di situ bisa diartikan Roma yang kini ada di Italia, atau Roma dalam pengertian Konstantinopel yang kini disebut Istanbul. "Tapi Roma juga bisa ditafsirkan sebagai Damaskus yang sekarang di Syria" ujar Al Makin.
Setelah sang istri bergelar doktor dari McGill, Al Makin pulang. Tepatnya pulang ke Asia Tenggara. Ia mengajar filsafat di salah satu universitas di Singapura.
Selama jadi ahli filsafat Singapura itulah Al Makin melakukan penelitian tentang nabi-nabi di Nusantara. "Kita pernah punya 600 nabi," ujar Al Makin. Itu sejak zaman penjajahan Belanda.
Di Sumut pernah ada nabi Sisingamangaraja. Di Gedangan Sidoarjo juga pernah ada nabi. Pun di Brebek, Nganjuk.
Yang paling belakangan adalah nabi Lia Eden dan nabi Musadiq. Yang dua-duanya ditangkap polisi, diadili dan masuk penjara. Kedua nabi itu meninggal dalam status masih sebagai narapidana.
Saat itu Al Makin sampai tinggal di Lia Eden lama: 10 tahun. Ia jadi orang dalam di sana. Begitu masuknya Al Makin ke Lia Aden sampai lingkungan itu tidak tahu kalau Al Makin seorang peneliti nabi yang serius.
Al Makin juga tinggal bersama Musadiq bertahun-tahun. Waktu keduanya di penjara Al Makin sering menengok ke penjara.
Akhirnya Al Makin diminta pulang kandang: ke UIN Sunan Kalijaga. Ia jadi dosen dan memimpin satu lembaga kajian.
Kini Al Makin menjadi rektor UIN Sunan Kalijaga. Tanpa pernah menjadi dekan maupun wakil rektor. Umurnya 50 tahun. Anaknya 2 orang. Sang istri dosen di UGM.
Boleh dikata Al Makin adalah ahli filsafat keberagamaan. Selama ini baru dua orang yang meneliti nabi Musailamah. Satunya lagi orang Saudi: Prof Abdullah Al Askar, alm. Ada dua lagi sebenarnya, orang Jerman dan Amerika, tapi tidak mendalam.
Kini Quran-nya Musailamah maupun Ummaiyah ada di UIN Sunan Kalijaga. Tapi bani Hanifah dan bani Hasyim dua-duanya sudah tak ada di dunia. (*)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 29 Maret 2023: Kebijakan Surat
reskon indo
Apapun alasannya, bagaimanapun sistem administrasinya kalau surat PPATK tdk sampai ke menteri bagi saya itu bukti bahwa pejabat kita tdk punya respek terhadap pemberantasan kejahatan pencucian uang maupun tindak korupsi. Apalagi PPATK memulai rekap penemuan transaksi mencurigakan dimulai pada tahun 2009, itu kayaknya PPATK menganggap kemenkeu tdk serius menyikapi surat yang PPATK kirim. Ketika PPATK rapat dengan komisi III dijelaskan mengapa dimulai pd th. 2009, kepala PPATK menjelaskan karena pada tahun tersebut ada kasus besar di DJP yaitu kasus Gayus. Terlepas dari semua itu, bagi saya sekarang ini adalah momen yang pas untuk bersih2 lembaga negara. Karena sebentar lagi pemerintahan jokowi selesai. Kelak, saat pemerintahan jokowi berakhir ada 2 tokoh nasional yang harum namanya. Pak jokowi dengan infrastrukturnya dan pak mahfud dengan keberpihakannya pada rakyat dg mencuci lembaga negar yang sangat kotor.