Tika Bima

Rabu 10-05-2023,04:05 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Selamat pagi embun pagi. Jika hidup adalah perjalanan, maka ; Hati2 di jalan, supaya tidak numbur. Dan waspada, supaya tidak di tumbur. Selamat pagi @Mbah Mars, om AK, om bs, selamat pagi CHD, salam sehat dan bahagia.

Amat K.

Tika, saya paham. Permintaan atasan bisa diartikan adalah keharusan. Menelusuri jalan berlubang tidaklah nyaman. Tiga jam di jalan dajjal adalah perjalanan panjang. Kamu perlu pinggang untuk berpegang. Sila pilih: ada Bli Leong, Kang Otong, Bang Udin, dan banyak yang lainnya. Kalau mau perusuh tamvan ada Kliwon yang menawan. Tolonglah berkabar jikalau hendak menyusuri jalan dajjal kembali. Sebab, yang Abah lakukan ke kamu itu: JAHAT!

Kholifatul Isnaeni

Bukan bermaksud memuji, tulisan Abah tentang Bima sungguh menarik: deskriptif. Dan, kental dengan gaya Abah: story telling. Saya sudah membaca begitu banyak tulisan tentang Bima, yang terasa gurih, yaa, tulisan suhu ini. Beda, memang, kalau "Indrayana Idris" yang turun tangan, meski hanya dengan meminjam panca indra Tika. Yang Abah belum sempat singgung, Bima termasuk generasi milenial, lebih tepatnya Gen Z. Cara berpikir dan cara berbahasanya sudah sangat berbeda dengan kita yang bukan lagi milenial (kalau kita mah generasi kolonial). Kata "dajjal" itu sudah sangat biasa bagi generasi Bima, terutama dalam percakapan di dunia maya. Bahkan ada yang lebih kasar, "anjing". Jangan kaget kalau anak SD pun sudah memaki satu sama lain dengan kalimat, "Dasar gak ada akhlak." Gubernur Lampung, dan orang di sekelilingnya, gagal menangkap fenomena media sosial dan cara mengelola jurang perbedaan generasi. Kenapa mesti menyuruh tenaga ahlinya untuk melapor ke polisi? Kenapa begitu reaktif memarahi ayah Bima dengan menyebutnya tidak becus mendidik anak? Begitu VT Bima viral, hampir semua komentar, terutama dari yang bermukim di Lampung, mendukung dan membenarkan. Jalan rusak itu benar adanya. Mereka merasakannya. Maka, kekesalan dan kegundahan mereka terwakili oleh Bima. Juga mereka yang ada di daerah lain, yang banyak jalan rusaknya. Jadilah "bom" yang sempurna, dan menjadi tulisan menarik sang suhu dengan ending yang begitu mengena.**

Lusy Anggraini

Video 3 menit menghasilkan 800 M untuk satu provinsi, itupun yang dibahas hanya kulitnya saja, coba sekalian yang dibahas sekalian daging, tulang sampai jeroan, ahh sudah jadi bakso tetel mix jeroan tuh pemprovnya. Itu juga masih Bima yang speak-up, masih ada Yudistira, Arjuna, Nakula Sadewa, Abimanyu, dll yang belum speak-up

Kholifatul Isnaeni

Kota Baru merupakan proyek ambisius Gubernur Lampung Sjahcroedin ZP (2004-2014). Di kawasan itu sedianya berdiri kantor-kantor pemerintah provinsi, DPRD, dan instansi terkait. Juga kampus PTN dan pusat olahraga. Benar-benar seperti kota baru. Sudah banyak gedung yang didirikan, namun beliau keburu lengser. Penggantinya, Ridho Ficardo (2014-2019), tak melirik proyek itu sama sekali. Terbengkalai. Bangunan hancur. Jalan menuju Kota Baru berlubang-lubang. Tiba giliran Arinal Djunaidi menjabat gubernur (2019 sampai sekarang). Di awal jabatan beliau bilang akan melanjutkan Kota Baru, namun hanya sebatas omongan hingga lebih tiga tahun menjabat. Polda Lampung yang bergerak cepat memindahkan markasnya dari pusat kota ke lokasi yang tak jauh dari Kota Baru. Berdampingan dengan Institut Teknologi Sumatra (Itera) yang sudah lebih dulu ada. Peletakan batu pertama Mapolda Lampung dilakukan semasa Kapolda Irjen Pol Suntana. Oh ya, harga tanah di kawasan itu yang lima tahun lalu masih Rp 300 ribu per meter, sekarang sudah Rp 1,5 juta per meter. Terutama karena hadirnya Jalan Tol Trans Sumatra, yang pintu masuk dan keluarnya ada di kawasan Kota Baru itu. Ganti pemimpin ganti kebijakan. Beda orang beda rasa. Apalagi kalau beda politik. Sjachroedin PDIP, Ridho Ficardo Demokrat, Arinal Djunaidi Golkar.

Bedy Da Cunha

Tiktok 800 Miliar… Anda memang Ruarrrrr biasahhh Bima.

Liáng - βιολί ζήτα

Fenomena yang tidak systemable. Kehadiran Pemerintah Pusat di Lampung tentu saja hal yang perlu diapresiasi, karena upaya perbaikan jalan yang rusak parah - yang sudah sangat lama terbengkalai - sudah pasti akan bermanfaat bagi masyarakat. Tetapi….. apakah jalan yang rusak parah "hanya" ada di Lampung ?? Bagaimana dengan di daerah lainnya ?? Sepertinya system data atas kondisi jalan dan juga jembatan di seluruh daerah belumlah berfungsi secara optimal. Semestinya ada update data secara berkala atas kondisi jalan dan jembatan yang rusak di seluruh daerah secara bottom up ; sehingga, baik Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat dapat merencanakan dengan baik program pemeliharaan/perbaikan jalan dan jembatan tersebut ; tanpa harus ada yang diviralkan terlebih dahulu di media sosial. Fenomena "di-viral-kan-nya" aspirasi masyarakat lewat media sosial bisa dikatakan "bukanlah hal yang systemable dalam suatu kerangka kerja jangka panjang dan berkesinambungan" dan itu tidak bisa serta merta dijadikan kebijakan Pemerintah (setelah viral - kemudian baru diperbaiki), Pemerintah sendiri mesti mengoptimalkan systemnya di instansi-instansi terkait atas kontrol kondisi jalan dan jembatan.

Komentator Spesialis

Di Indonesia saya belum pernah dengar atau mengalami sistem bank down selama bank BSI ini. Ini pertama kali dalam sejarah sepengetahuan saya. Saya tadi sudah survey survey ke bank sebelah. Tidak menutup kemungkinan pakai bank umum dengan sistem wadiah alias tanpa pertambahan apapun alias cuman nitip di perjanjiannya. Toh saya di BSI juga simpan duit pakai sistem wadiah alias tanpa pertambahan apapun.

Pakdhe joyo Kertomas

Tags :
Kategori :

Terkait