Cawe-Cawe

Sabtu 17-06-2023,10:18 WIB
Reporter : amegid2
Editor : amegid2

Sekarang, mungkin saja sudah banyak warga yang melupakan bahwa Kota Wisata Batu ini bisa berkembang seperti sekarang, tidak lain karena adanya cawe-cawe para tokoh itu yang berinisiatif dengan membentuk Pokja, kemudian berjuang secara diam-diam. Karena cawe-cawe merekalah yang akhirnya pada tahun 2001 terbentuk sebuah Pemerintahan Kota Wisata Batu, yang tahun ini genap berusia 22 tahun.

Kalau apa yang mereka perjuangkan kini sudah berdiri megah dan menjadi destinasi wisata paling favorit di Jawa Timur bahkan secara nasional, bagaimana halnya dengan keadaan para pejuang itu sendiri? Yang penting mereka dalam keadaan sehat, meskipun dengan kondisi hidup yang sangat sederhana. Ada yang belum memiliki rumah, tidak punya kendaraan, serta berpenghasilan rendah.

Transportasi lawas di Batu

Para pejuang itu tidak pernah memikirkan apa yang akan mereka dapatkan setelah perjuangan berhasil. Bagi mereka, yang penting kesejahteraan dan martabat warga Kota Wisata Batu telah terangkat. Balai Kota berdiri megah, dengan ruang parkir luas dipenuhi jajaran mobil dinas maupun mobil pribadi yang mewah. Anggaran kota sudah mencapai trilyunan rupiah, hotel-hotel dan restoran bermunculan menambah pendapatan kota dan pemasukan bagi warganya.

Para anggota Pokja itu, mungkin hanya bisa mengingat ketika mereka dulu ikut cawe-cawe, dengan uang kumel yang mereka miliki di kantong, sekarang melihat gemah ripahnya kota dan warganya, mungkin saja mereka hanya bisa tersenyum di atas angkot yang mereka naiki untuk mengantarkan cucu berangkat atau pulang dari sekolah. “Apik yo balai kota saiki, parkirane kebak mobil gres kinyis-kinyis,” kata salah seorang di antara mereka, ketika angkot yang dinaiki melewati Jalan Panglima Sudirman, depan Balai Kota Among Tani.

Untuk mengapresiasi perjuangan mereka, tahun 2015 saya minta Pokja menerbitkan sebuah buku yang berisi sejarah Kota Wisata Batu, lengkap dengan suka duka dan pahit getirnya cerita yang dialami Pokja. Saya ikut memberi sambutan dalam buku setebal 500 halaman yang terbit bulan Oktober tahun 2015 itu. Sedang pengantar buku ditulis oleh Prof. Hariyono, Guru Besar Sejarah, sekarang Rektor Universitas Negeri Malang.

Al-Fatihah buat tokoh Pokja yang telah mendahului kita semua, semoga cawe- cawe ini merangkai napak dalam sebuah sejarah tidak pernah dilupakan. Ojo lali kacang karo kulite.

Sahabat ER ,

Semarang 15 Juni 2023

Tags :
Kategori :

Terkait