Bertahan di Dolly sampai Pemilik Wisma Datang

Minggu 02-05-2021,10:17 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Barang-barang Pesantren Jauharotul Hikmah (JeHa) Dolly masih berada di Eks Wisma Puteri Lestari hingga kemarin (1/5/2021). Seharusnya mereka sudah berkemas. Kontrak habis sejak akhir April.

***

Dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu itu: 1 Mei. Mengacu kontrak perjanjian, gedung harus dikosongkan.

 

Namun, belum ada tanda-tanda pemilik wisma akan datang. Lukman Hakim yang menjadi guru ngaji dan penjaga Pesantren JeHa di Dolly mulai gelisah. Ia bertanya ke salah seorang pendiri pesantren, M. Nasih yang masih saudara mindoan (sepupu jauh)-nya. “Tarawih diteruskan nggak ini?” tanya Lukman.

Nasih juga bimbang. Pemilik gedung tak mau menerima uang sewa. Maunya uang tunai Rp 1,7 miliar karena rumah itu dijual. JeHa tak punya duit sebanyak itu. Uang dari donatur yang tersisa sudah untuk membangun masjid di Putat Jaya Gang IV B.

Dengan modal bondo nekat, akhirnya diputuskan bahwa tarawih dan kegiatan mengaji tetap berjalan. Sampai kapan? Sampai pemiliknya datang membawa calon pembeli. Kalau diusir, ya pindah. Pengurus JeHa yang tinggal di Jarak Dolly siap menampung para santri di rumah mereka.

EKO - Spanduk harapan Pesantren JeHa terpasang di atas jendela eks Wisma Puteri Lestari. (Foto: Eko Disway)

Harian Disway berkunjung ke Dolly, Jumat (30/4/2021) malam. Pintu pesantren dalam posisi terbuka. Jamaah Tarawih memadati lorong gedung yang dinding dan lantainya dikeramik itu. Santri dan beberapa warga sekitar salat di sana.

Suara Lukman yang menjadi imam terdengar merdu dari luar. Lantunan Alquran dari pengeras suara beradu dengan bising jalanan di kawasan Dolly yang selalu macet selepas isya.

Ruangan untuk salat saat sangat terbatas. Lukman berdiri di pojok ruangan, mepet dengan dinding tripleks warung kopi Bu Nur. Sementara para makmum menempati saf beralas sajadah dan karpet hingga ke bagian belakang rumah.

Sebagian jamaah yang hadir adalah kelompok suporter Bonek Jarak Dolly Community (Bonjarlity). Mereka lahir saat lokalisasi Dolly masih berjaya.

Kehidupan mereka keras. Setiap hari hidup di lingkungan preman, muncikari, dan pekerja seks komersial (PSK). Sangat jauh dari kehidupan yang agamis.

Pesantren JeHa merangkul mereka yang konsisten tarawih hingga malam ke-19. Lukman yang masih muda, dapat mandat menemani santri khusus itu. 

Pukul 20.00, tarawih hampir selesai. Lukman dan para jamaah melantunkan salawat dan pujian dengan kompak. Sejurus kemudian, doa pun dipanjatkan. Mulut Lukmat mulai berkomat-kamit sambil diamini jamaah.

Para santri cilik berebut bersalaman dengan sang imam setelah doa selesai. Lukman tersenyum ramah sambil memperhatikan satu per satu santri yang datang menyalaminya.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler