Tiongkok, Negeri dengan Miliarder Terbanyak
AMEG - Kembali, Amerika Serikat digeser oleh Tiongkok. Kali ini dalam peringkat negara-negara dengan jumlah penduduk yang punya kekayaan di atas USD 100 ribu atau sekitar Rp 1,4 miliar.
Berdasar perhitungan Credit Suisse Group, pada 2019, jumlah orang dengan kekayaan di atas 100 ribu dolar AS itu mencapai 113 juta orang. Sedangkan di AS ’’hanya’’ ada 103 juta orang. Di peringkat berikutnya ada Jepang (55 juta orang), Jerman (26 juta orang), dan Prancis (25 juta orang).
Menurut Nikkei, media Jepang, pada Selasa (1/6), banyaknya miliarder di Tiongkok itu dipicu pertumbuhan ekonomi yang pesat plus naiknya harga properti.
Dengan makin banyaknya orang kaya itu, tingkat konsumsi warga Tiongkok pun makin meningkat. ’’Kalau ada barang bagus, saya tidak segan-segan menghabiskan kuota 100 ribu Yuan (sekitar Rp 220 juta, Red) untuk membeli barang-barang bebas pajak,’’ kata Zhao, seorang turis dari provinsi Shanxi. Ia diwawancarai saat sedang menyeret koper di sebuah pusat belanja bebas pajak di Pulau Hainan.
Keadaan di toko itu cukup ramai. Benar-benar bertolak belakang dengan kondisi di banyak negara yang masih menerapkan lockdown karena pandemi Covid-19.
Naiknya perekonomian Tiongkok itu juga meningkatkan nilai aset finansial dan real estate. Harga rumah naik 20-80 persen antara 2015-2020. Itu berdasar survei Biro Statistik Nasional Tiongkok di 70 kota besar negeri itu.
Untuk membantu golongan ekonomi lemah, Tiongkok juga membikin prioritas dalam rencana pembangunan lima tahun ke-14. Warga miskin diberi insentif, kemudahan, dan disejahterakan. Akses pendidikan dibuka, jalan-jalan dibangun hingga pedesaan. Internet berkecepatan tinggi juga menjangkau desa. Itu, salah satunya dimanfaatkan oleh warga untuk berjualan dengan peranti video streaming. Dengan demikian, seluruh warga bisa merasakan dampak kemajuan pembangunan di negerinya.
Namun, AS masih berjaya dalam hal jumlah penduduk dengan kekayaan di atas 1 juta dolar. Jumlahnya, pada Juni 2020, adalah 20,27 juta orang. Itu masih susah dikejar oleh negara-negara lain di dunia.
Meski begitu, pembangunan di AS tidak merata. Menurut Nikkei, di negeri Paman Sam itu, yang kaya makin kaya sedangkan yang miskin tetap susah. (*)
Sumber: