‘Kuda Hitam’ Pilpres 2024, Ini Orangnya

‘Kuda Hitam’ Pilpres 2024, Ini Orangnya

AMEG - Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto diprediksi bisa menjadi 'kuda hitam' pada penyelenggaran Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengemukakan sejumlah alasan, untuk memperkuat argumentasinya.

Antara lain, tren positif elektabilitas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu yang cenderung terus meningkat. "Alasannya, tren Airlangga terus meningkat meskipun elektabilitasnya hingga kini masih rendah dan potensi Airlangga juga mengkhawatirkan bagi lawan-lawan politiknya," ujar Dedi dalam keterangannya, Jumat (11/6/2021).

Menurut Dedi, peluang Airlangga untuk diusung maju di Pilpres 2024 juga sangat kuat, mengingat posisinya sebagai ketua umum partai berlambang pohon beringin. Dedi lebih lanjut memprediksi, Pilpres 2024 bakal diikuti tiga poros nantinya.

Yakni, koalisi PDIP, koalisi Golkar dan koalisi partai menengah. Bahkan, pesta politik lima tahunan itu diprediksi menjadi momentum titik balik munculnya tokoh di luar dua dominasi yakni PDIP dan Golkar.

Kendati demikian, ia berpendapat hingga sampai saat ini belum ada figur yang betul-betul mendominasi. Ini berbeda dengan kontestasi sebelumnya, di mana selalu berkutat pada politikus PDIP sekaligus presiden, yakni Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang Ketua Umum DPP Partai Gerindra.

"Hingga hari ini belum mengemuka sosok yang sangat dominan sebagai Jokowi dan Prabowo pada 2019 sehingga memungkinkan masing-masing partai politik berkesempatan untuk mengusung tokoh-tokoh yang potensial," ujar dia.

PDIP dan Partai Gerindra diprediksi bakal mengusung elite partai tersebut, yakni Ketua DPR Puan Maharani yang disandingkan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto atau Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Sementara itu, poros terakhir berpeluang diisi partai-partai papan tengah.

Misalnya, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mereka diperkirakan mengusung kandidat-kandidat alternatif. Misalnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atau figur lain di luar kader PDIP, Gerindra dan Golkar.

"Kalau terjadi tiga poros pada pilpres, ini sangat baik. Artinya, pemilih memiliki ragam pilihan yang cukup menarik karena kontestasi akan lebih ramai dibandingkan hanya dua pilihan," katanya.

Selain itu, jika tiga poros terbentuk pada Pilpres 2024 maka diyakini dapat mendongkrak partisipasi pemilih.

"Tren peningkatan pemilih sangat mungkin terjadi pada 2024," ujarnya. Apalagi, meningkatnya partisipasi tersebut sudah mulai terjadi pada Pilpres 2019 yang didominasi pemilih muda. Terakhir, Pilpres 2024 diprediksi bakal jauh lebih menarik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (*)

Sumber: