MJC Dampingi UMKM di Era Digital
AMEG - Pemprov Jatim memberikan perhatian khusus kepada jutaan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) potensial di Jatim. Perhatian tersebut berupa pendampingan hingga distribusi produk yang dihasilkan para pelaku UMKM.
Terutama pendampingan bagi mereka yang merasa khawatir saat bersaing di era digital. Pemprov Jatim memberikan program Millenial Job Center (MJC) sebagai jawabannya.
"Pemilik usaha saat ini tidak usah memusingkan perihal bagaimana packaging produknya, bagaimana memasarkan secara digital. Semua sudah bisa dicover oleh MJC. Pemilik hanya perlu memikirkan kualitas produknya saja," kata Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak seperti termuat di Pers Rilis Humas Pemprov Jatim, Kamis (24/6/2021).
Emil membahas perhatian khusus Pemprov Jatim terhadap pelaku UMKM dalam webinar temu Coworking se-Indonesia melalui Vidcon di Pendopo Kab. Lamongan, Rabu (23/6) sore.
Pemprov Jatim saat ini mencatat ada 9,78 juta pelaku UMKM di Jatim. Melihat banyaknya jumlah tersebut, maka keberadaannya dijadikan peluang sebagai backbone PDRB Jatim sebesar 56,94 persen.
Wagub Emil memberikan pemahaman bagaimana MJC bekerja. Dirinya telah melakukan berbagai koordinasi dengan berbagai start-up dan pihak terkait untuk mendukung berjalannya program MJC.
Emil juga menilai, melalui program MJC, anak-anak muda yang memiliki bakat dalam bidang marketing, desain, programmer bisa terfasilitasi. Apalagi, MJC sesuai dengan format bekerja yang biasa disebut gig economy (pasar tenaga kerja yang identik dengan karyawan kontrak jangka pendek atau pekerja lepas, freelancer).
"Kami ajak mereka bergabung di MJC. Tak perlu ngantor, karena sesuai jenis pekerjaan yang disenangi millenial saat ini. Hanya dipekerjakan saat acara, tapi kerjanya tetap profesional. Nanti para ahli dalam bidang digital creative bisa bertemu melalui MJC," paparnya.
Lebih lanjut dikatakan Emil, untuk membentuk ekosistem yang baik antara pemilik UMKM dengan para ahli digital creative maupun antara digital creative satu dengan yang lain, Pemprov Jatim memberikan sebuah tempat yang sangat mendukung.
"East Java Super Corridor (EJSC) namanya. Kami tempatkan di lima Bakorwil yang ada di Jatim. Jadi nanti para pelaku industri kreatif bisa berkumpul disini. Bekerja bersama-sama dalam satu tempat meskipun kesibukannya masing-masing," katanya.
Di sisi lain Emil menambahkan, saat ini Pemprov Jatim tengah mengembangkan sebuah pilot project terkait Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang berbasis animation production di Singhasari, Malang. Konsepnya pun hampir sama dengan EJSC, yakni menjadi ekosistem bagi para pelaku industri kreatif.
"Konsepnya sama. Kami kumpulkan para content creator untuk berkumpul di KEK Singhasari. Ekosistem akan terbentuk di sana dan tentunya kami sediakan pula sebuah gedung untuk digunakan sebagai co-working yang ada di area tersebut," kata Emil.
Nantinya, Emil berharap, konsep kerja gig economy yang kini diminati para kalangan millenial bisa menjadi sebuah panutan di Jatim. Utamanya dengan tersedianya wadah melalui pilot project KEK Singhasari maupun EJSC yang ada di Bakorwil.
"Kami berharap ekosistem yang tumbuh dengan baik melalui pertemuan antar komunitas atau antar per orangannya, bisa membuat Jatim berkembang lebih baik. Tentunya juga bisa memberikan pengetahuan kepada millennial bahwa saat ini pekerjaan sudah tidak se-kaku dulu," pungkasnya.(*)
Sumber: