Rapat Gelap
Sepanjang proklamasi itu tidak dilakukan, rasanya Tiongkok masih sabar menanti. Persoalannya: penyatuan itu telah menjadi sumpah Xi Jinping —harus terjadi dalam masa kepemimpinannya. Untunglah konstitusi yang membatasi masa jabatan presiden maksimal dua periode sudah dicabut. Berarti Xi Jinping masih punya waktu lebih lama.
Di tengah kegemparan perang Ukraina ini, Tiongkok justru lebih menyuarakan isu dalam negeri: bagaimana ekonomi bisa bertahan di tengah gelombang keempat Covid dunia. Pertumbuhan ekonominya yang 6 persen tahun lalu bisa turun tinggal 5,5 persen tahun ini.
Maka, minggu ini, ketika di Tiongkok dilakukan sidang pleno partai Komunis, agenda utamanya hanya soal ekonomi itu. Maka diputuskanlah untuk memotong pajak usaha menengah dan kecil. Potongan pajak diberikan sampai 75 persen. Bahkan usaha kecil menengah tertentu potongan pajaknya sampai 100 persen.
Sama sekali tidak ada agenda perang di sidang itu.
Tapi kenapa listrik mati tiba-tiba hampir di seluruh Taiwan? Di pagi hari pula? Ketika jalan raya lagi padat lalu-lintas —sehingga semua lampu bang-jo mati?Penyebabnya ternyata sangat teknis: ada alat yang rusak di pembangkit listrik di Xinda, setengah jam di utara kota terbesar kedua Kaoshiong.
Lima pembangkit di Xinda ikut mati semua. Padahal lima pembangkit itu raksasa semua: masing-masing 1.000 MW.
Hilangnya pasok listrik dalam jumlah besar yang tiba-tiba (tidak direncanakan) membuat sistem transmisi jatuh'.
Satu 'jatuh yang lain ikut 'jatuh'.
Merembet ke utara. Sampai ke Taichung di tengah. Lalu menular ke Taipei di utara. Dalam sekejap.
Pagi itu, selama beberapa jam Taiwan kacau sekali.
Tapi pembicaraan antara Tsai Ing-wen dan Pompeo tidak sampai disebut rapat gelap. (*)
Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media.
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul: Menunggu Joker
Wahono Widodo
Pemimpin sesungguhnya dilihat dari tindakannya saat krisis. Menurut saya, Presiden Z telah menunjukkan sebagai pemimpin yang luar biasa saat krisis. Ia tidak pergi, memotivasi rakyatnya, merajuk dan bahkan terkesan mengadu NATO dengan Putin. Hasil nyata: simpati berdatangan ke Ukaina, Putin tidak bisa cepat menguasai Ukraina (walau kemungkinan besar, tetap akan menguasai, tapi perlu waktu lama). Di sisi lain, perang ini menunjukkan kelemahan Rusia (militernya besar, tapi perencanaan dan eksekusinya buruk). Saya menduga, U akan jadi Afghanistan II bagi Rusia
Sumber: