Arinal Riana
Lain hari Arinal lewat jalan itu lagi. Terlihat lagi gadis itu. Tapi pakai seragam SMA. Berarti masih SMA. Padahal Arinal sudah 30 tahun. Tapi hatinya tertambat habis ke gadis itu.
Arinal pun minta tolong temannya untuk mencari gadis itu: ketemu alamatnyi. Ketemu siapa orang tuanyi: duda dengan enam anak. Ketemu juga namanyi: Riana Sari.
Arinal pun menemui ayah Si Gadis. Ia kemukakan niatnya mengawini Riana Sari. Ia janjikan bisa menjadi suami yang bertanggung jawab.
Sang Ayah mengingatkan Riana itu masih remaja. Kalau memang mau mengawini Riana, Arinal tidak boleh hanya menjadi pacar. Harus pula bisa menjadi kakak. Bahkan menjadi bapak Riana.
Arinal menyanggupi: sudah punya rumah, mobil, dan pekerjaan. Lain hari keluarga itu pun diajak melihat rumah barunya.
Waktu melihat untuk kali pertama di jalan raya, Arinal mengira Riana sudah mahasiswa. Postur badannya memang lebih tinggi dari rata-rata gadis seumurnyi. Dia juga cantik. Dia seorang mayorete di kelompok drum band di sekolahnyi.
Arinal pun bertanya ke calon mertua: pilih punya menantu pengusaha atau pegawai negeri.
"Saya ini pengusaha. Tapi sudah mendaftar sebagai pegawai negeri dan sudah lulus," ujar Arinal saat itu.
Sang Mertua memilih agar Arinal jadi pegawai negeri saja. "Ya sudah, cocok dengan permintaan ayah saya sendiri," katanya.
Setelah jadi istri Arinal, Riana masuk Fakultas Hukum. Kini Riana bergelar Magister Hukum. Kalau dulu dia seorang mayorete, kini Riana menjadi ketua persatuan drum band Lampung.
Arinal pun jadi pegawai di dinas pertanian. Dari jenjang paling bawah. Naik terus. Sampai jadi kepala dinas pertanian. Pernah pula jadi kepala dinas kehutanan. Lalu jadi asisten Sekwilda. Dari asisten satu ke asisten bidang lainnya. Komplet. Semua kedudukan asisten ia lewati.
Puncaknya: Arinal jadi Sekwilda. Sampai ia pensiun tahun 2016. Lalu ia jadi ketua Golkar Lampung —dengan keinginan jadi anggota DPR.
Ternyata jadi kepala daerah.
Setelah kini jadi gubernur Lampung, Arinal tetap memperhatikan pertanian.
Ia prihatin. Ikan-ikan air tawar yang terkenal di masa kecilnya kini kian sulit didapat: baung, belida, jelabat, tomang, dan ikan mudik.
Maka ia keruk sungai Tulang Bawang. Sampai kedalamannya kembali ke masa lalu. Semua benih ikan lama ia tabur di sungai itu.
Arinal juga membela petani singkong Lampung. "Lampung ini produsen singkong terbesar di Indonesia. Petaninya harus sejahtera," katanya.
Sumber: