Gunung Wukir!

DI sebelah tenggara Kota Batu, ada sebuah gumuk, atau gundukan tanah mirip sebuah gunung kecil. Dari kejauhan, atau dari pecahan jalan raya yang menghubungkan Karang Ploso dengan Kota Batu, gundukan itu mirip gunung mini, namanya Gunung Wukir
Gunung Wukir tepatnya berada di Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Ketika saya masih suka naik motor trail, saya beberapa kali mengajak teman-teman saya mendatanginya, memamerkan kepada mereka Gunung Wukir ini sangat istimewa. Bukan sekadar gundukan tanah, bukan sekadar gunung mini.
Dengan motor trail itu kami bisa sampai ke puncak. Melalui 12 kelokan yang berputar. Kelokan-kelokan yang sangat menantang. Tetapi begitu sampai di puncak, tersedia hadiah yang luar biasa, berupa keindahan panorama yang sangat mempesona.
Di arah barat laut, Kota Batu seperti selalu kedinginan karena berkabut. Di sebelah utara Gunung Arjuno seperti raksasa budiman sedang bertapa. Dan di selatan, nampak seperti hamparan putih yang berkilau oleh cahaya matahari, itulah sebagian kawasan Kota Malang.
Di puncak Gunung Wukir, sore hari, kita disuguhi keindahan semesta dengan sentuhan udara sejuk dan bau wangi. Di bawah, beberapa desa nampak mengeilingi Gunung Wukir. Desa Beji adalah tempat pemandian dari masa Kerajaan Kanjuruhanpada abad VIII. Desa Temas, bahasa Kawi artinya emas, konon adalah kawasan tempat pembuat perhiasan dari emas, perak dan kuningan.
Di arah barat, nampak Desa Pendem. Nah, sesuai namanya, konon banyak peninggalan lama yang dipendem atau dikubur di dalam tanah pada masa pengungsian dari kerajaan Medang di Jawa Tengah atau Mataram Kuno pada abad X. Juga nampak Desa Mojorejo, yang konon jadi permukiman bagi warga Medang yang mengungsi. Di kawasan ini dahulu ada sebuah prasasti bernama Minto, atau Minto Stone, yang sayangnya, menurut cerita, sudah dibawa pergi dan kini berada di Kerjaan Inggris.
Dari puncak Gunung Wukir, memandang ke arah timur, tidak terlalu jauh, nampak Songgoriti, yang di masa lalu tempat para ahli membuat senjata dari besi. Pande besi. Saat ini masih ada beberapa pande di Songgoriti. Sedang di sebelah utara ada sebuah desa yang sebagian besar penduduknya masih bisa berkomunikasi menggunakan Bahasa Kawi. Mereka umumnya berpenghasilan dengan membuat jajanan atau kue.
Sumber: