Bukan Dinasti

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
bpk dahlan, maaf, bukannya jumlah landasan di cgk ada 3?
Jimmy Marta
Dua orang advokat yg saling menelanjangi. Harusnya ini Peradi (kalau mereka disini) bertindak tegas. Mereka tidak saja saling mempernalukan diri, tp juga memalukan bg profesi advokat. Dari sini mudah sekali kita melihat bahwa kerjaan pengacara itu selalu mencari sela. Untuk mendapat keuntungan bagi klien dan dirinya juga. (Disclaimer : Khusus di kasus ini) Persis spt analogi abah, ini spt perang rusia-ukraina. Tp posisinya terbalik. Cocoknya Totok yg ukraina. Sebab kt yakin ia yg main mata. Ia yg mungkin diberi sokongan dari nato. Layaknya yg jadi nato adalah pihak asuransi di S'pura itu. Yg sudah membayar klaim 40M ke ahli waris Budi Ismail. Lha.. kalau bgtu kan jadinya ukraina yg nyerang rusia. Gk pentinglah itu. Yg jelas jk ada dua pihak yg perang, maka yg menang adalah nato..eh pihak ke 3.
Abu Abu
Penyangga gunung bernama kutang/ Tanam kedelai buatlah tempe/ Punya dompet tak ada uang/ Isi dompet cuma Ka Te Pe
ZOMBI XXX
Kanjuruhan ada di Malang / Borobudur ada di Magelang / Sang istri apakah masih sayang ?/ Ataukah Abang sudah dintendang ?/ .. #Serius tanya.
Abu Abu
Dua pengantin diapit dayang/ Pengantin bersanding di pelaminan/ Sebab bini terlalu sayang/ Laki beruang takut jajan sembarangan.
Chei Samen
Udah tua jangan nak mengada/ Masa muda tak tau menjala/ Itulah satu satunya suami yang ada/ Sayang marah benci tetap i luv u forever.
ZOMBI XXX
Makan gurita perut mules / Minun air kelapa tua / Baca berita sangat males / Sebab sekarang tanggal tua / … 365_mantun males
Mirza Mirwan
Saya prihatin -- maaf, tanpa maksud menjadi epigon Pak SBY -- dan juga malu ketika sebelum Dhuhur tadi membaca berita di portal South China Morning Post: " 'Let's destroy It: backlash after Indonesian group targets quake victim tents". Saya sudah membaca berita tentang kelompok ormas yang melepas tulisan di tenda yang disumbangkan sebuah gereja itu. Dalam hati saya juga mengecamnya. Tenda itu akhirnya bocor. Pengungsi yang tinggal di tenda itu yang uring-uringan gegara ulah kelompok yang merasa jadi pemegang kunci surga itu. Idealnya, memang sumbangan untuk korban bencana tak perlu menyertakan atribut penyumbang. Tetapi, memang, penyertaan atribut juga diperlukan untuk transparansi dalam pertanggungjawaban kepada, dalam hal ini, jamaat gereja tersebut. Ini lho, bukti tenda yang kita sumbangkan. Kalau pencantuman atribut tersebut dimaknai sebagai cara menggaet korban gempa beralih keyakinan, wah…terlalu naif itu. Di Solo, tiap Ramadhan, ibu-ibu jamaat gereja menyediakan nasi bungkus gratis untuk buka puasa selama sebulan penuh. Ibu-ibu itu melakukannya semata-mata karena empati kepada umat muslim yang ketika seharian perut kosong tetap beraktivitas seperti biasa. Bukan agar mereka yang menerima nasi bungkus terpikat untuk menjadi pemeluk Kristiani. Dan perusakan tenda itu kini diberitakan media luar. Padahal orang luar mengenal kita sebagai bangsa yang toleran, bersebab kita terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama. Saya prihatin. Dan malu
Sumber: