Setengah Tiang

Setengah Tiang

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Ke mana invisible hand.

Apakah begitu kukuhnya sasaran invisible hand itu sampai tidak mampu meredamnya.

Saya begitu percaya pada kehebatan Presiden Jokowi dalam mengatur yang begitu-begitu. Saya juga begitu percaya pada kemampuan Menteri BUMN Erick Thohir dalam memainkan diplomasi apa pun –sampai bisa jadi anggota Banser yang begitu berkibar di Satu Abad NU.

Pun ketika heboh penolakan kedatangan Israel sudah memuncak, saya masih percaya akan ada pahlawan yang datang belakangan. Dan sang pahlawan itu saya kira Pak Jokowi lagi. Toh sudah sering berhasil begitu.

Harapan itu juga masih besar ketika mulai ada suara FIFA akan membatalkan status tuan rumah Indonesia. Suara itu mulai muncul di media. Tapi saya masih yakin pada jagoan yang selalu datang belakangan. Apalagi ketika Erick yang baru terpilih sebagai ketua umum PSSI berangkat ke FIFA. Apalagi berbekal surat khusus Presiden Jokowi.

Tapi terjadilah apa yang kemudian terjadi: FIFA membatalkan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Tuan rumah penggantinya segera ditentukan. Indonesia juga akan menerima sanksi lainnya sebagai negara yang telah mengacaukan program organisasi sepak bola dunia itu.

Nama Indonesia habis. Timnas Indonesia batal tampil. Itu seperti hamparan padi yang sudah menguning yang tiba-tiba tenggelam oleh banjir bandang.

Saya mengibarkan bendera setengah tiang. Tinggi-tinggi. Di dalam hati. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan*
Edisi 31 Maret 2023: Pojokan Sri

Muhammad Sk
Dari sidang panjang kemarin satu hal kocak yang saya harus garis bawahi. Yaitu: mengenai azab?. Wes tak omong tinggal surender. Lha kok malah di tentang, bahas azab. Nek tempat umum pisan.

Parikesit
Sebagai layaknya Srikandi, Bu Sri Mulyani punya pusaka panah Hrusangkali. Bisa jadi itu akan mendampingi dan melengkapi lesatan Pasopati yang sudah diluncurkan Prof Mahfud. Kecil kemungkinan Pasopati versus Hrusangkali. Kalau pun iya, dalang mesti mumet, Oskadon pancen oye..

Fa Za
Menegakkan benang basah hanya bisa dilakukan dengan memegang bagian atasnya. Penegakan aturan dan kedisiplinan akan selalu efektif jika dilakukan secara top down.

reskon indo
Jujur saja ya abah, kemarin pada tema al-makin saya males berkomentar karena negeri ini sekarang punya gawe besar. Yaitu momen bersih2 kelembGaan negara. Harusnya kasus 349T yang sdh dibuka pak mahfud diapresiasi dg penulisan berseri di disway. Tapi untungnya sekarang muncul lagi. Abah DI yang terhormat, saya punya keyakinan bahwa prilaku korupsi di indonesia ini ada kaitanya dengan budaya masyarakat indonesia. Saya masih ingat, saat saya masih kecil selalu mendengar orang tua di desa saya selalu membanggakan anak kampung desa saya yang merantau ke surabaya yang sukses secara ekonomi. Ternyata sukses si anak2 kampung saya ini selalu dikaitkan dengan CEPERAN. Pun juga orang tua di desa saya juga membanggakan anak desanya yang menjadi pegawai pemerintah. Baik itu jadi naip (penghulu), guru, pegawai kecamatan atau pegawai puskesmas. Dan semua akan dikaitkan dengan CEPERAN. Pegawai puskesmas harus bisa cari ceperan. Naip juga harus cari ceperan. Pegawai kecamatan dan gurupun juga harus cari ceperan agar cepat dikatakan "SUKSES" oleh orang tua di desa. Dari budaya CEPERAN inilah akhirnya semua profesi seolah wajib mendapatkannya. Akhirnya profesi guru yang seharusnya tdk mencari ceperan terpaksa menjual buku LKS ke siswa agar mendapat ceperan. Celakanya profesi polisi juga harus cari ceperan dengan menjual peraturan. Akhirnya saya yakin pada kesimpulan bahwa negeri ini punya tradisi (budaya) yang harus dihilangkan.

reskon indo
Justru kalau pak mahfud jadi wapres, beliau akan mati kutu. Nggak punya kewenangan apapun

ACEP YULIUS HAMDANI
Kemungkinan untuk terungkap semuanya sepertinya rada sulit, sebab yang ingin membongkar dan yang ingin menyembunyikan tidak seimbang, baik dari segi kekuasaan maupun data, Ada pak Mahfud MD sebagai Komandan, tapi dukungannya dari para koleganya sedikit, karena mungkin mereka kecipratan uang 349 T tadi, Sedangkan dari yang ingin menyembunyikan, lebih mumpuni, baik dari segi kekuasan, jaringan, Bekingan bahkan tikus got saja sudah terang-terangan wara wiri dengan harleh dan rubicointnya,,,,,

Sumber: