No Gag

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
Amat K.
Bahasa Banjar "batagar" atau "betagar" sama saja, Om @YR. Yang pertama pelafalan dalam dialek Banjar Hulu (BH). Yang kedua pelafalan dalam dialek Banjar Kuala (BK). Abah Dis banyak bergaul dengan penutur bahasa Banjar Kuala (Galuh Samarinda). Karena saya dan Pak Joko tinggal di daerah hulu Kalimantan Selatan, kami melafalkannya "batagar".
Jokosp Sp
Paku-paku yang lain bolehlah "batagar". Tapi amun paku yang satunya sama sekali kadak boleh sampai batagar, bahaya banar, kadak ada bararti hidup ini. Jadi harus rajin marawatnya, rajin mamakainya, rajin maasahnya biar tatap landap saat handak mamakainya. Harus rajin jua mambari hintalo bajarang satangah matang biar tatap kawa tagak sampai syubuh. Itu pang resep tatuha bahari. Harus rajin-rajin jua mamandiakan lawan randaman banyu sirih biar harum. Sisihakan sapalih randaman banyunya buat mamanya jua, Khasiatnya wiuh tok cer banar. Selain harum, bisa keset banar kayak masih pengantin hanyar ja. Buktikan hak ulun kadak badusta, ulun bujur kadak bajual jamu. Makanya pinggir kabun ada ai tanaman sirih subur bagalantungan. . Maaf puasa, ini khusus konsumsi orang tuha yang tahu bhs banjar ja.
Yellow Bean
Pak @Yusuf Ridho Di kampung saya saleh adalah olahan pisang. Terimakasih koreksinya
Liam Then
Saya dulu saking seringnya di tanya kapan nikah. Saya jawab : daya mau piara sapi saja, bosan bisa di jual, kalo nikah, habis banyak, bosan tak bisa di jual. Yang tanya langsung mesem-mesem. Ada benarnya juga
Samsul Arifin
Tetangga, sanak saudara selalu punya stok untuk bertanya setiap kita silaturahmi dan Unjung Unjung ketikan hari. 1. Ketika Seumuran TK yang ditanya orang tuanya. 2. Ketika Seumuran SD biasanya ditanya udah kelas berapa ini. 3. Ketika Seumuran SMP/ Mts dan SMU/ Aliyah masih seputar sekolahan dan kadang kadang udah nanya udah punya pacar belum. 4. Ketika udah kuliah pasti ditanya udah semester berapa? Dan pasti sudah ada yang cocok belum ? 5. Tapi Klo udah lulus Pertanyaan "KAPAN NIKAH " sudah pasti di dengar di setiap kita silaturahmi… Tapi itulah hidup akan selalu ditanyakan oleh orang lain. Dan Bahkan Ketika Orang MATIPUN akan ditanya Oleh Malaikat. Begitu pula Nanti Di Akhirat Kita akan ditanya berbagai oleh TUHAN… Saya pikir hidup dan Mati kita harus siap menerima pertanyaan pertanyaan… Tapi memang benar ketika di Dunia Perjombloan Yang paling ngenes bila ditanya "KAPAN NIKAH".
Agus Suryono
ANAK JAMAN DULU BANYAK YANG KORENGAN KAKINYA.. Hal itu karena.. 1). Jarang yang punya alas kaki. 2). Suka hujan-hujan.. 3). Tidur malam tidak didahului "cuci kaki". Padahal sebelumnya kemana-mana, hari itu, tetap tanpa alas kaki. Dan menginjak apa aja yang ada di bawahnya. 4). Orang jaman itu banyak yang belum tahu istilah alergi. Apa aja dimakan, meskipun itu makanan allergen. #mbah Google belum ada..
Gregorius Indiarto
KORENGAN Kenapa waktu kecil, (anak jaman dulu) banyak anak korengan? Karena jorok. (pengalaman pribadi). Waktu kecil tidak pernah tidak punya koreng, hanya karena tertusuk duri ilalang (drejek) saya bisa korengan. Digigit semut pun bisa jasi koreng, bernanah karena gatal, digaruk (kuku panjang), infeksi,…. Dan anehnya waktu itu kalau korengan/sakit saya harus ke petugas medis/mantri. Tidak sembuh kalau hanya di "suwok" mbh dukun. Kasihan Bapak waktu itu, hampir setiap bulan haeus mengantar ke mantri, yg artinya kerja sehari hanya untuk berobat sekali. Dan berhenti korengan setelah SMP, setelah mulai tau kebersihan. #koreng tidak jauh dg jorok
Leong Putu
Walau waktu kecil hidup mewah, tapi kaki saya tidak korengan. Karena : Aku anak sehat, burung ku kuat, karena ibu ku rajin dan cermat, Selama aku bayi, slalu diberi asi, makanan bergizi dan imunisasi.
Liam Then
Saya juga korengan waktu kecil, macam-macam lah sebabnya, jatoh di aspal, kena beling, tersengat lebah, di gigit binatang, bahkan pernah juga di gigit orang. Maklumlah, namanya anak kecil jaman dulu. Maennya jauh, ndak kayak anak jaman sekarang, keluar pintu sudah di teriaki ,mau kemana. Anak jaman dulu , gak dicari kalo belum magrib. Sehingga perasaan saya waktu itu kok mirip kambing yah? Hehehe… Mungkin karena dulu waktu kecil sering korengan sembuh sendiri, seperti yang Ko Yang An bilang, itu reaksi antibodi tubuh, hasil darah yang membeku, saya setelah dewasa ada luka cepat sembuh dan kering, jarang sakit. Jarang terkena infeksi. Akibat dari kecil sudah sering terlatih antibodinya. Tuan Puan yang dulu juga sering korengan, tentu sudah tau asiknya nglothoki koreng kering. Akibatnya bablas, koreng yang seharusnya kering , terbuka kembali menjadi luka, akibatnya sembuhnya tambah lama. Hahaha, sapa suruh itu koreng makin di klothoki makin gatal dan sensasinya yang unik setelah di klothoki. Saya geleng-geleng sendiri, topik koreng saja, ndablusnya panjang sampai hampir kena batas karakter.
Liam Then
Jangan tanya abang nak kemane/ Kalau adek tak mau ikot/ Cucur keringat tak seberape/ Demi adek abang tak takot/ Sungai Kapuas banyak udang/ Bagian hulu arusnya deras/ Kalo sudah masalah uang/ Memang harus kerja keras/ Rintik rintik hujan sehari/ Tak membekas di atas talas/ Cucuran keringat membasahi diri/ Ada waktunya pasti terbalas/ Menunggu orang di simpang empat/ Sambil berlindung di tempat teduh/ Cari uang jangan asal dapat/ Jaga juga kondisi tubuh/ Hari-hari tuntas terlewat/ Bangun pagi pulang petang/ Semoga Bang Udin tetap kuat/ Banyak rezeki kumpulkan uang/
Liam Then
Orang yang bilang; penak jamanku toh, itu buta situasi. Zaman sekarang orang miskin makannya ayam penyet 10k lengkap sambal ulekan, malah kadang ada kriuk-kriuknya. Zaman dulu banyak yang makan nasi di labur minyak bekas goreng ikan asin, atau nasi plus garam atau kecap asin. Zaman dulu ada rumah warga yang yang baik hati, setiap minggu hari tertentu, ramai terus dikunjungi warga yang mau nonton acara tv. Zaman sekarang ditanya Wa nya apa,facebooknya apa, wow, punya telepon portable yang bisa dibawa kemana-mana. Bisa tersambung langsung dengan internet. Modal 5k bisa dapat sambungan wifi gratis berjam-jam di kafe kopi. Zaman sekarang anak kecil umur 4 sudah lazim ditanya kelas berapa, nol besar, nol kecil. Ramai yang sudah mampu masuk PAUD. Zaman dulu? Kwkwkwkkw, umur 8-10 pertanyaannya ada sekolah?
Liam Then
Kwkwkwkwk,saya jadi membayangkan bos pabrik salep ngeluh ke relasi ; "Omset susah sekarang Bos, yang panuan dan korengan sudah langka"
Komentator Spesialis
Jaman PKI memang yang paling parah Magetan dan Madiun. Sasarannya ulama dan santri. Entah bagaimana caranya PKI begitu mudahnya menarik anggota dari penduduk sipil. Saya dengar salah satu yang paling parah memang Takeran. Kebetulan kakek saya tinggal di tengah kota Magetan. Ulama dan saudagar. Saudagar kulit. Jagal sapi dan domba. Karena itu di rumah kakek yang sangat luas ada pabrik penyamakan kulit. Kulit dari yang masih berdarah sampai yang sudah dijemur siap disamak. Waktu peristiwa pembantaian PKI itu, rumah kakek tidak luput dari tempat yang disambangi PKI. Alhamdulillah kakek selamat dengan melumuri badan dengan darah dari kulit yang masih baru lalu pura pura mati.
*) Dari komentar pembaca http://disway.id
Sumber: