Generasi Pemenang

A PHP Error was encountered
Severity: Warning
Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag
Filename: frontend/detail-artikel.php
Line Number: 116
Backtrace:
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort
File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view
File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once
SEKITAR pertengahan tahun 2009, karena sering turun ke masyarakat di kampung, desa dan dusun, saya masih sering menjumpai ada yang anak belum mengenyam pendidikan di Kota Wisata Batu. Menyekolahkan anak, bagi sebagian orang tua hanya menjadi beban. Karena itu banyak orang tua yang berpendapat lebih baik anak menjadi buruh tani atau cari rumput untuk ternak sapi.
Setelah berkeliling hampir seluruh desa, saya melihat kondisi bangunan sekolah di pedesaan memang banyak yang memprihatinkan. Secara fisik, banyak bangunan sekolah yang tidak menarik.
Karena itu suatu hari pada pertengahan tahun 2009, atau sekitar dua tahun setelah saya dilantik, segera saya minta Kepala Dinas Pendidikan yang waktu itu dijabat Bu Mistin, seorang wanita mantan kepala sekolah paling senior di pemkot, untuk mengumpulkan seluruh kepala sekolah SD/SMP/SMA/SMK baik negeri maupun swasta. Segera.
Besoknya, seluruh kepala sekolah hadir di ruang rapat Bina Praja kantor lama Pemkot. Saya ingin mendengar langsung dari penanggung jawab murid yang ada di masing-masing sekolah.
Menurut saya, visi misi pembangunan sektor pariwisata berbasis pertanian harus dilandasi dengan pembangunan SDM. Visi misi ini harus diketahui seluruh warga, sekaligus mendorong masyarakat untuk terlibat langsung, karena adanya tranparansi semua program.
Seperti APBD, setelah APBD disepakati oleh para anggota dewan, saya memaparkan langsung kepada semua tokoh masyarakat di rumah dinas atau pendopo, selama tiga malam berturut, karena yang diundang adalah masyarakat dan para tokoh dari tiga kecamatan yang ada di Kota Wisata Batu. Setiap malam diundang masyarakat dari satu kecamatan.
Sambil mendengarkan penjelasan tentang kekuatan APBD, mereka bisa menikmati sajian malam yang disediakan, sambil minum teh atau kopi, dan bebas bagi yang mau merokok. Pertemuan dengan mereka tidak dalam format rapat melainkan berbentuk sarasehan atau jagongan. Sehingga kalau ada pendapat atau usul dari mereka, bisa tersampaikan dengan santai penuh guyon, tidak dalam suasana tertekan atau tegang.
Pada pemaparan, saat menyinggung masalah anggaran pendidikan, saya jelaskan dengan santai pula bahwa dalam program pendidikan dari tingkat SD/SMP/SMA/SMK baik negeri maupun swasta, semua tanpa bayar, alias gratis. Bahkan mendapat seragam sekolah, sepatu, tas sekolah serta buku.
Sumber: