Monorail

Monorail

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: array_multisort(): Argument #1 is expected to be an array or a sort flag

Filename: frontend/detail-artikel.php

Line Number: 116

Backtrace:

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/views/frontend/detail-artikel.php
Line: 116
Function: array_multisort

File: /var/www/html/ameg.disway.id/application/controllers/Frontend.php
Line: 561
Function: view

File: /var/www/html/ameg.disway.id/index.php
Line: 317
Function: require_once

Pada saat-saat liburan begitu, diperkirakan 10 persen dari 38 juta penduduk Jawa Timur, datang ke Kota Wisata Batu untuk menikmati liburan, dengan membawa problem kemacetan.

Memang, konsep monorail ini akan membantu mengatasi kemacetan yang terjadi. Hal itu sangat menarik dibahas dan didiskusikan sambil nyeruput kopi untuk cangkir yang kedua, dan makan gorengan, dalam rintik-rintik hujan.

Besoknya soal monorail itu saya rapatkan dengan seluruh staf terkait, untuk dianalisa secara agak mendalam, melalui kajian dari berbagai sisi sesuai tupoksi para pejabat yang hadir. Dalam bayangan, saya melihat dalam sebuah kota kecil, yang penduduknya mayoritas petani, ada ular besi kecil melintas berkelok-kelok dalam pandangan mata dari pagi hingga malam hari.

Saya membayangkan, ah, kota kecil itu tak pernah tidur. Meskipun ular besi kecil ini hanya melintas dengan jarak yang pendek, dan harga monorail yang sudah didatangkan tersebut tidak terlalu mahal, tetapi saya tetap merasa terganggu dengan bayangan yang datang, kota kecil ini tidak akan dapat beristirahat.

Beberapa hari kemudian, sebelum pejabat Pemkot yang mendapat tugas melaporkan hasil kajiannya, saya mengambil keputusan sendiri untuk tidak menyetujui adanya monorail di Kota Wisata Batu. Biarkan kota ini menjadi kota kecil yang sejuk, bukan kota metropolitan.

Biarkan warganya bisa menikmati perbedaan kapan mereka harus bekerja dan kapan harus beristirahat. Kota ini harus juga jadi tempat beristirahat bagi warganya, bukan saja bagi wisatawan yang datang. Biarkan warga mengelola sendiri anugerah berupa alam yang indah secara kreatif, semuanya untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, dan untuk kemakmuran bersama.

Saya berpendapat, meskipun pengelola kota memiliki kebijakan absolut, termasuk menyusun program sekaligus regulasi yang diperlukan, tetap saja harus mengedepankan kepentingan bersama dan manfaat sosialnya.

Mimpi besar bukan saat kita duduk di kursi besar, tapi mimpi besar akan terwujud setelah kita memiliki kesempatan untuk banyak belajar dari rakyat.

Sumber: