Ditunggu Lama, Eh, Biasa Aja

Jumat 21-05-2021,05:00 WIB
Reporter : Retna Christa
Editor : Retna Christa

The New Mutants sudah kelar syuting sejak September 2017. Namun, ia harus menempuh jalan terjal untuk bisa tayang di bioskop. Itu pun tidak optimal gara-gara sebagian besar bioskop masih tutup akibat pandemi. Dilemparlah film itu ke Disney+. Hingga akhirnya bisa dinikmati fans di Indonesia sejak 9 April lalu. Hasilnya? Well…

***

AMEG - SERASA menanti sesuatu yang sia-sia. Itulah perasaan yang tertinggal setelah menuntaskan The New Mutants. Tentu itu bukan gara-gara durasinya yang kelewat pendek (94 menit). Tapi memang karena filmnya ternyata… b aja. Proses berbelit yang mengiringi proses produksi film tersebut tidak membuat hasilnya lebih spektakuler.

Jika mengikuti liku-likunya, niscaya kita bakal ikut pusing. Ketika menulis skenario The New Mutants pada 2016, sutradara Josh Boone tidak ingin film tersebut menjadi film superhero biasa. Seperti X-Men. Ia ingin membawa tema young adult yang digabungkan dengan genre horor.

Keinginan itu makin kuat. Setelah teaser bernuansa horor yang dirilis pada akhir 2017 mendapat sambutan sangat meriah. Fans semakin excited menanti kisah lima mutant belia dengan kekuatan luar biasa tersebut. Fox berencana merilisnya pada April 2018.

Namun, selain ingin memperkuat vibes horor, Boone juga belajar dari kegagalan Apocalypse. Termasuk soal setting waktu era 80an yang dianggap kurang asyik. Alhasil ia merencanakan syuting ulang. Dengan menghapus tokoh-tokoh seperti Profesor X dan Storm. Yang semakin menjauhkan The New Mutants dari jagat X-Men.

Sampai pertengahan tahun, rencana syuting ulang itu tidak ada kabarnya. Karena ternyata Boone juga masih bingung. Adegan mana saja yang harus diganti. Bisa ditebak, jadwal rilis molor lagi. Apalagi, pada saat bersamaan, Disney mengakuisisi Fox. Semakin banyak kepentingan yang terlibat. Disney ingin film itu memiliki koneksi langsung dengan jagat Marvel yang lain.

Efeknya, Boone harus menulis ulang skenario. Awalnya, ia mengeset Demon Bear—alias beruang iblis—sebagai villain utama. Namun, untuk kepentingan konektivitas, penjahat utamanya diganti Essex Corporation. Perusahaan yang sepertinya didirikan oleh Nathaniel Essex. Alias Mister Sinister. Salah satu villain paling mengerikan di jagat X-Men.

Anak-Anak Bermasalah

Setelah proses penulisan dan syuting ulang yang berbelit itu, bagaimana hasilnya? Not bad, sih. Cerita dibuka dengan bencana topan yang menghajar tempat reservasi warga Native America. Hampir seluruh penduduknya tewas. Hanya Dani Moostar (Blu Hunt), gadis berusia 16 tahun, satu-satunya yang bertahan hidup. Dia dibawa ke sebuah fasilitas misterius.

Dari satu-satunya dokter yang ada di fasilitas itu, Cecilia Reyes (Alice Braga), Dani mendapat penjelasan. Bahwa dirinya adalah mutant. Dia belum mengetahui dan belum bisa mengendalikan kekuatan dia sendiri. Sehingga harus dididik dan dilatih di fasilitas tersebut. Yang dilindungi oleh gelombang elekotromagnetik ciptaan Reyes.

Dia lantas dikenalkan dengan anak-anak mutant lain. Yakni Illyana Rasputin alias Magik (Anya Taylor-Joy), Rahne Sinclair atau Wolfsbane (Maisie Williams), Sam Guthrie atau Cannonball (Charlie Heaton), dan Roberto da Costa alias Sunspot (Henry Zaga).

Alih-alih sekelompok remaja dengan mentalitas ’’kita-adalah-pahlawan-super-mari-selamatkan-dunia’’, mereka lebih mirip seperti penghuni panti asuhan yang bermasalah. Yang obsesinya kabur melulu. Masing-masing menyimpan trauma masa lalu terkait kekuatan mereka. Yang rata-rata melibatkan kematian orang terkasih. Kecuali Illyana, seorang korban perbudakan dan eksploitasi seksual sejak balita.

Awalnya, kelimanya berpikir bahwa mereka dipersiapkan untuk bergabung dengan X-Men. Meski ide itu tidak menarik juga buat mereka. ’’Duh, siapa sih yang mau pakai seragam spandek ketat dan menyelamatkan dunia? Males banget,’’ begitu mereka mengelak. Namun toh mereka tidak happy juga ketika mengetahui alasan Reyes ternyata bukan itu.

Situasi menjadi rumit ketika tanpa sengaja Dani melepaskan kekuatannya. Seperti diduga, ternyata gadis berambut hitam itu merupakan mutant paling powerful di antara semuanya (seperti plot Dark Phoenix, ya). Dia memunculkan trauma masa lalu setiap mutant. Dan mewujudkannya di hadapan mereka. Keempat mutant belia itu tidak hanya harus bertarung melawan pikiran mereka sendiri. Tapi juga manifestasi dari ketakutan-ketakutan mereka…

Apa yang Salah?

Enggak tahu. Sulit untuk menyebut bagian mana yang bikin The New Mutants sulit dinikmati. Forbes menyebut masalahnya ada pada setting. Lokasi dan tokohnya terlalu terbatas. Praktis, selain lima mutant muda itu, karakter lain dalam film ini hanya Dokter Reyes. Tidak ada dokter lain, tidak ada penjaga, apalagi mutant lain. Tidak realistis.

Guardian bilang kisahnya lumayan. Hanya gaya penceritaannya yang tidak oke. Cara membangun konfliknya kurang mulus. Plot young adult-nya tidak membantu. Malah mendistraksi jalan cerita. Itu juga benar.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler