AMEG - Kehadiran rombongan MPC Pemuda Pancasila (PP) Kota Batu ke Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI), Senin (7/6/2021), semakin memperjelas persoalan yang terjadi di sekolah itu.
Ketua Srikandi MPC Pemuda Pancasila (PP) Kota Batu, Dewi Kartika menjelaskan, dari hasil diskusi dengan perwakilan sekolah dan sejumlah alumnus tidak ditemukan dugaan terjadinya kekerasan siswa yang menjadi viral.
"Kami belum tahu pernyataan yang mereka utarakan itu benar atau tidak. Jika melihat data Komnas PA, saat ini sudah ada sekitar 40 orang yang mengadu melalui Polda Jatim ataupun Polres Batu," Kata Kartika kepada ameg.id.
Benar atau tidak, ia akan mengawal proses hukum hingga benar-benar selesai. Dan melakukan pendampingan kepada para siswa dan alumnus yang sudah melapor ke kepolisian.
"Sejumlah elemen masyarakat juga akan turut serta mendampingi anak-anak itu," kata wanita yang juga Ketua Komisi A DPRD Kota Batu ini.
Sebagai wakil rakyat, dalam waktu dekat Dewi akan membahas payung hukum lembaga pendidikan yang ada di Kota Batu. Terutama lembaga pendidikan yang peserta didiknya berasal dari luar kota.
"Karena kami sering menjumpai sekolah eksklusif dan kami sangat sulit untuk mendapatkan akses masuk," ungkapnya.
Sementara Wakil Ketua ll DPRD Kota Batu, Heli Suyanto menyampaikan, bahwa kedatangan ke Sekolah SPI untuk mensuport siswa agar merasa aman dan nyaman
"Untuk proses hukum kami serahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwajib," terangnya.
Soal rumusan payung hukum lembaga pendidikan, disebutkan Heli bukan hanya melindungi siswa Sekolah SPI saja untuk seluruh siswa di Kota Batu.
"Sejatinya tempat belajar/sekolah adalah tempat untuk mencari ilmu. Jangan sampai ada satu oknum yang berulah hingga menyebabkan terganggunya kondisi psikologis siswa," tegasnya.
Mengenai keberadaan sekolah yang terkesan eksklusif, menurut Heli akan melakukan pembahasan dengan Dinas Pendidikan. Terutama mengenai pengawasan terhadap para siswa. (*)