AMEG - Muka Anak Agung Candra Paramita dipenuhi keringat. Padahal suhu di ruangan itu tidak panas. Kipas di belakangnya juga berfungsi. Ini kali pertama dia mengikuti penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP jalur hafalan kitab di kantor Kemenag Surabaya.
Bibir Candra mulai melantunkan hafalan Sloka. Dia harus bisa mengucapkan Sloka 1-10 di depan 3 pengawas tes. Tapi saat Sloka ke-5 dia terdiam. Wajahnya tampak kebingungan. “Saya lupa kelanjutannya, Pak,” ujarnyi.
Para pengawas tes mempersilakan Candra ke luar ruangan. Dia diberi kesempatan untuk menghafalkan kembali Sloka 5-10. Dia bertekad lolos dari tes tersebut. Sebab, Candra ingin masuk ke SMPN 19 atau SMPN 6. Sekolah yang diinginkannyi sejak kecil. Dia merupakan warga Klampis. Dia memilih jalur hafalan kitab karena takut bersaing dengan zonasi. Meskipun jarak antara rumahnyi dan SMPN 19 hanya 600 meter.
Jika dia lolos, maka dia akan mendaftarkan sekolah melalui jalur prestasi penghafal kitab. Tapi bila tidak lolos, dia akan mencoba jalur prestasi rapor. “Nilai rata-rata saya 92. Kalau enggak bisa lagi, baru pakai zonasi. Tapi saya takut sama zonasi. Saingannya pasti banyak,” kata siswi SDN Klampis Asem V itu.
Begitu juga dengan siswa SD Al Uswah M. Abyan Adnan Adaba. Ia lebih memilih jalur prestasi hafalan kitab ketimbang jalur lainnya. Ia sudah hafal 13 juz Al-Quran. Oleh sebab itu, menurutnya jalur hafalan kitab akan jauh lebih mudah untuk mencapai sekolah yang diinginkannya. Yakni SMPN 1. “Rumah saya di Keputih sangat tidak mungkin menggunakan jalur zonasi kalau mau masuk SMPN 1,” katanya.
Sementara itu Kasi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Surabaya Abdul Hakim mengatakan ada 90 peserta yang akan mengikuti tes ini. Peserta tersebut terdiri dari pengikut dari agama yang sudah ditentukan Dispendik Surabaya. Sayangnya khusus untuk agama Buddha dan Konghucu tidak ada pendaftar sama sekali.
Padahal pihak Kemenag Surabaya sudah menyiapkan penguji untuk tiap agama. “Mungkin karena jalur ini baru pertama. Jadi masih banyak orang yang belum tahu. Tapi seharusnya para guru agama Buddha dan Konghucu tahu. Karena sudah kami sebarkan melalui medsos juga,” ujar Hakim.
Alhasil, karena sedikitnya peserta, pihak Kemenag mempersingkat waktu tes hafalan. Yang awalnya sampai Jumat mendatang. Maka dipersingkat sampai Rabu mendatang. Selain itu setelah para peserta dinyatakan lolos, maka akan diberi sertifikat untuk tiap peserta. Sertifikat itu berisi nilai yang akan bisa digunakan untuk mendaftar PPDB pada 16 Juni mendatang.
Sedangkan Kepala Kemenag Surabaya Husnul Maram mengatakan pihaknya hanya memberikan penilaian. Serta menyiapkan petugas untuk penguji. “Semua nilai kami setor ke Dispendik. Kami menyayangkan untuk agama Buddha dan Konghucu tidak ada yang mendaftar. Padahal pengujinya sudah siap semua,” katanya. (*)