AMEG - Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait bakal naik gunung ke Kota Batu. Ia akan menguatkan aduan alumnus Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu. Bagi yang mengadu melalui Hotline Polres Batu atas dugaan kasus kekerasan seksual, fisik dan eksploitasi ekonomi yang dilakukan founder utama sekolah SPI, berinisial JE.
"Pada hari Rabu (9/6/2021) pukul 09.30 WIB, saya akan berkunjung ke Polres Batu. Tujuan saya ke sana untuk melakukan penguatan aduan yang dilakukan alumnus Sekolah SPI melalui Polres Batu," ujar Arist Merdeka kepada ameg.id, Selasa (8/6/2021) melalui pesan singkat WA.
Selain mendatangi Polres Batu, dirinya bakal menemui Walikota Batu untuk membahas masalah yang telah beredar luas tersebut. Arist juga mengungkapkan, faktor lain kedatangannya adalah, semakin banyaknya alumnus yang melakukan pengaduan.
"Untuk yang mengadu melalui Hotline Polres Batu sudah ada sekitar 40 anak. Bahkan dari 40 anak tersebut, delapan diantaranya masih aktif di Sekolah SPI," ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengatakan. Pihaknya telah membentuk tim melalui Direktorat Krimum Polda Jatim. Melalui tim ini, kemarin telah melakukan pemeriksaan terhadap dua orang yang berasal dari pihak Sekolah SPI.
"Untuk pelapor yang telah selesai diperiksa dan BAP totalnya sudah ada 14 orang. Meski begitu bentuk laporannya hanya satu. Lantaran obyek materi pelaporan semuanya sama," jelasnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga telah melakukan kegiatan berupa pendampingan psikiater terhadap empat terduga korban. Dia juga mengungkapkan, untuk hasil visum hingga saat ini masih belum keluar.
"Dari 14 orang itu kami sudah melakukan visum kepada 10 orang anak. Sedangkan empat anak lain menolak. Karena tidak berkaitan dengan kasus kekerasan seksual," ujarnya.
Lebih lanjut, mengenai Hotline yang telah dibuka, Gatot mengaku yang menelpon sangat banyak. Namun, yang berkaitan dengan masalah pengaduan dan telah di data baru sekitar 20an orang.
"Kalau mengadu lewat telpon memang banyak. Ada yang serius dan ada yang tidak serius. Maka dari itu, kami masih harus memilah-milah," terang Gatot. (*)