AMEG- Sekolah Tinggi Komunikasi Surabaya - Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) , yaitu sekolah tinggi bidang komunikasi di bawah Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPW-JT), segera mengembangkan pendidikan bidang komunikasi yang lebih relevan sesuai kemajuan yang demikian cepat.
"Misalnya, penguatan mata kuliah Marketing Communication, meliputi digital marketing, konten kreatif dan personal branding. Lalu medsos dan teknologi informatika, termasuk start up di dalamnya," demikian Imawan Mashuri, Ketua YPW-JT kepada Ameg (Arema Media Group), Jumat (8/10/2021) sore tadi.
Hal itu, katanya, merupakan pengembangan jurusan jurnalistik, broadcasting dan public relation yang selama ini jadi konsentrasi di Stikosa AWS.
Wartawan senior pemilik sejumlah media dan founder JTV itu, ditemui kemarin, di sela persiapan pelantikan Ketua Stikosa yang akan digelar Sabtu, 9 Oktober 2021, di Kampus stikosa, Nginden Surabaya. Ketua baru yang bakal bekerja dalam periode 2021 - 2024 itu adalah, DR. Meithiana Indrasari MT., MM.
Mbak Mei, sapaan akrab Srikandi 43 tahun itu, menyatakan siap melaksanakan tugas dan mengembangkan kekuatan Stikosa yang sudah banyak melahirkan jurnalis-jurnalis hebat Indonesia sejak perguruan tinggi ini berdiri tahun 1964 dengan nama Akademi Wartawan Surabaya AWS.
"Kami juga ingin ikut mewarnai pola komunikasi positif dan presisi di Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan-pelatihan konkret," ujar Mbak Mei. "Kami juga segera membuka jenjang pendidikan S2," tambah doktor lulusan Unair dan mantan Wakil Rektor 4 Unitomo Surabaya itu.
Model kuliah di Stikosa AWS juga akan lebih banyak praktik. "Sekitar separuhnya akan berupa praktik," lanjut Mbak Mei.
Stikosa, kata Mbak Mei, segera melaunching media onlinenya. Awak medianya adalah mahasiswa. Terutama wartawannya. Mahasiswa setiap hari wajib menulis satu berita atau tulisan apa saja. "Sehari satu," kata Mbak Mei.
Program itu, tambah Imawan, selain merupakan pendidikan praktik bagi mahasiswa, sekaligus juga bisa bermanfaat untuk menggali informasi yang diperlukan oleh masyarakat maupun pemerintah.
Misalnya, dalam sehari, enam ratus mahasiswa diturunkan ke Tunjungan untuk meliput apapun tentang Tunjungan, maka akan terkuak semua hal yang bisa digunakan sebagai data dan informasi tentang Tunjungan. "Begitu seterusnya," jelas master hukum lulusan Unisma Malang itu. (*)