Nasibnya baik. Pengacara cum aktivis Surabaya, Cak Moh Sholeh, mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Menang. Yang memperoleh suara terbanyak yang terpilih. Bukan berdasar nomor urut. Ia ikut menikmati perjuangan Moh Sholeh.
Di Pemilu 2009 ia mendapat suara terbanyak —hanya selisih 300 suara dari caleg nomor urut 1.
Pemilu berikutnya perolehan suaranya tetap terbanyak. Akhirnya jadi calon bupati. "Saya banyak belajar ke Pak Bupati (waktu itu) Banyuwangi Azwar Anas," katanya merendah.
Maka penanganan bencana Semeru akan jadi tonggak prestasinya. Terutama dalam meyakinkan pemerintah pusat dan meyakinkan para korban bencana.
Cak Thoriq pun akan berlebaran di lokasi perumahan korban Semeru itu. Bergembira bersama lebih 400 KK warga baru di situ. Sambil menuntaskan sisanya selekasnya.
Tiba kembali di Lumajang senja sudah tiba. Buka puasa sudah dekat. Cak Thoriq menyediakan makanan di pendapa Kabupaten. Saya pilih buka puasa di sate kambing Pak Toha. (*)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Taktik Filibuster
Mister Xi
Balada Sang Mantan,,,, mau benci tapi pernah sayang,,, mau dibuang tapi masih terbayang,,,,,,, mau dilupakan tapi malah tertantang,,, berjuang,,, tanpa pedang,,, ohhh mantan yang malang,,,,
thamrindahlan
#30 Taktik mengulur waktu bertujuan mengubah opini lawan agar berpihak ke Mr Imran Khan. Demokrasi beradab menyuratkan perintah ketika melakukan pemungutan suara menyangkut sosok manusia haruslah dilakukan dalam amplop tertutup. Dengan demikian tidak ketahuan ketika seorang pemilik suara membelot. Nona manis berwajah cantik / Pandai pula menari ronggeng / Silahkan gunakan segala taktik / Keputusan majelis takbisa digoreng /
Otong Sutisna
Saya membaca tulisan abah kali ini terasa menggebu-gebu seperti @aat terpanah asmara… apakah karena jando yang banyak iiii nya, memang makin bertambah usia memperbincangkan yang anda sudah tahu makin intens walaupun di kehidupan sebenarnya justru kebalikannya….. maaf bah ini bukan guyon….
Agus Suryono
Dalam kasus ini kayaknya Abah DI melakukan campur tangan urusan "dalam negeri" IDI. Dr Terawan melakukan pelanggaran kode etik IDI, kemudian diberhentikan oleh IDI. Itu konstitusional kan.. Dilihat dari sisi IDI. Dan dalam prosesnya IDI sudah mengundang dan menyurat ke Dr Terawan. Tapi pak dokter tidak mau menjawab surat itu dan atau datang sesuai undangan IDI. Meskipun pak dokter pangkatnya setinggi langit, tapi di IDI, pak dokter adalah anggota yang harusnya tunduk patuh pada kode etik, AD dan ART. Tidak bisa diintervensi - bahkan oleh Abah DI - sebelum ada amandemen atas kode etik, AD dan ART IDI. Sesederhana itu menurut saya.. Kesamaan tulisan IDI dan (Abah) DI hanyalah kebetulan yang tiada artinya apa-apa..