AMEG – Gaya marah-marah harus segera diakhiri Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini. Hal itu tidak bagus diumbar ke public, apalagi marah-marah itu ditujukan kepada para relawan bencana yang tengah berjuang di Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Tak bagus jika terus diumbar ke public, apalagi marah-marahnya ke para relawan," tegas Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, di Jakarta, Rabu (7/4/21).
Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia itu berpendapat, lebih baik Risma memberikan teladan ketimbang marah-marah kepada relawan yang sejak awal bekerja keras secara sukarela membantu masyarakat NTT yang tertimpa bencana.
"Berikan contoh yang baik dengan memberi keteladanan. Relawan sudah berjuang keras membantu masyarakat yang terkena bencana," katanya.
Sebab itu Ujang menilai gaya marah-marah mantan Walikota Surabaya itu sudah usang dan tidak menarik lagi, jika untuk mendulang simpati publik. "Stop gaya marah-marah, sudahi. Tak elok dilihat masyarakat," tandasnya.
Mensos Risma dikabarkan kembali marah-marah saat meninjau lokasi bencana banjir bandang di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa (6/4/21).
Saat menuju ke posko bencana, Risma meninjau dapur umum yang disiapkan pemerintah kabupaten setempat. Kemudian dia menegur petugas Tagana, karena sedang tidak bekerja.
"Kamu ini enggak ada kerja, hanya berdiri-berdiri saja," ketus Risma kepada seorang anggota Tagana. (ar)