Rudi, diduga, merasa dipermalukan Karnain. Dalam banyak kasus serupa, orang yang dipermalukan bisa bertindak brutal.
dr Neel Burton, dalam bukunya: "Heaven and Hell: The Psychology of the Emotions (Ataraxia Book, 2020) memberikan ilustrasi menarik tentang malu, dipermalukan, dihinakan.
Buku itu: "Satu hal kritis, penghinaan berbeda dengan rasa malu. Bahwa, sementara kita menyandang rasa malu terhadap diri kita sendiri, sedangkan penghinaan adalah sesuatu yang dibawa ke atas kita oleh orang lain."
Burton berpraktik psikiater, juga dosen psikologi di Oxford University, Inggris. Dalam bukunya itu ia menggambarkan ilustrasi, begini:
Pelajar SD, Tommy, mengaku kepada gurunya bahwa dia belum mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Tommy terpaksa mengaku, sebab PR semua murid akan diperiksa guru. Sebelum diperiksa, Tommy mengaku kepada guru.
Saat Tommy mengaku, ia merasa malu.
Kemudian, guru mengungkapkan ini (Tommy belum mengerjakan PR) ke seluruh kelas. Murid sekelas jadi tahu.
Sekarang Tommy merasa malu yang lebih besar.
Berkembang lagi, guru memerintahkan Tommy duduk di depan kelas, menghadap ke sudut, sepanjang pelajaran berlangsung. Teman-teman Tommy ketawa.
Sekarang, Tommy merasa terhina.
Pada posisi terhina itulah, seseorang bisa marah. Reaksinya beragam. Tergantung kualitas pengendalian diri orangnya. Berpotensi melampiaskan dendam. Meskipun, dalam ilustrasi tersebut, Tommy bersalah.
Ilustrasi Tommy, seumpama, guru memberi nilai "F" terhadap PR Tommy, dan tidak diumumkan di depan kelas, ceritanya jadi beda. Tommy tetap malu, terhadap diri sendiri dan guru, tapi tidak berpotensi dendam. Seharusnya. Karena, satu rasa malu akibat satu kesalahan.
Walaupun, ada juga model begitu yang dendam.
Contoh konkrit, buku Neel Burton menukil sejarah Romawi Kuno.
Pada tahun 260, dalam pertempuran di Edessa, pasukan Kaisar Romawi, Valerian, terdesak. Jika perang diteruskan, pasukannya bakal habis. Maka, ia menawarkan gencatan senjata.
Musuhnya, Shapur I Agung, Syahanshah dari Kekaisaran Sassanid, menerima usulan gencatan senjata. Perang pun berhenti.