"Sering bohong", data terbaru Dhio Daffa (22) tersangka pembunuh ayah ibu dan kakak. "Sebulan habiskan Rp 32 juta uang orang tua. Mengaku kerja di PT KAI, bohong," kata paman Dhio, Sukoco kepada pers, Rabu (30/11).
***
BERAT sudah. Keterangan Sukoco ini bertolak belakang dengan keterangan Dhio kepada polisi. Bahwa Dhio mengaku marah kepada ortu, karena disuruh kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Lagian, usia segitu mestinya Dhio sudah layak kerja. Didorong ortu agar cari kerja, malah membunuh.
Sukoco (58) adalah kakak ibunda Dhio, Heri Riyani (54). Tidak tinggal serumah dengan keluarga ayah Dhio, Abbas Ashar (58). Tapi Sukoco sering kontak telepon dengan keluarga Abbas. Sekali waktu bertandang ke rumah Abbas.
Sukoco: "Waktu almarhumah adik saya (Heri Riyani) masih hidup, bertemu saya. Dia mengeluh gini: Mas ini untuk pengeluaran Dhio satu bulan 32 juta, loh… untuk kursus bahasa Inggris, katanya. Itu belum yang lain-lainnya."
Hasil selidik Sukoco, ternyata soal les itu Dhio bohong. Buktinya, Dhio tak bisa menunjukkan bukti-bukti, bahwa ia les.
Dilanjut: "Lalu, ia ngaku kerja di PT KAI. Sampai ngaku berangkat ikut Diklat ke Malang (Jatim). Baru tiga hari, sudah balik lagi. Masak, diklat tiga hari? Terus saya cek ke PT KAI, ternyata nama Dhio tidak ada."
Sukoco menduga, Dhio suka menghamburkan uang ortu. Atas laporan almarhumah ibunda Dhio, Heri Riyani yang sudah dibunuh Dhio.
Dhio tamatan SMA, dan tidak mau kuliah. Saat ia tamat SMA, ayahnya, Abbas, masih Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kementerian Keuangan, Kabupaten Grobogan. Abbas pensiun per 1 Oktober 2022.
Rumah keluarga Abbas tergolong mewah di wilayahnya. Di Jalan Sudiro, Nomor 2, Gang Durian, RT10/RW1, Dusun Prajenan, Desa Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jateng. Rumah dua lantai seluas sekitar 200 meter persegi. Di garasi ada Toyota Innova.
Rumah dihuni: Abas, Heri Riyani, Dhea Chairunisa (25) dan Dhio. Tiga nama itu diduga dibunuh Dhio. Sedangkan, pembantu rumah tangga, Sartinah (45) tinggal tak jauh dari rumah itu.
Dhea Chairunisa lulusan Universitas Muhammadiyah Magelang, jurusan Teknik Komputer, 2015-2018. Pernah bekerja sebagai teller bank selama tiga tahun.
Kondisi itu menandakan, keluarga Abbas tidak kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti dikatakan Dhio kepada penyidik polisi.
Dhio sejak kecil rajin mengaji. Guru ngajinya, Ahmad Anwari, kepada wartawan di Magelang, Selasa (29/11) menceritakan, ia tidak menyangka Dhio membunuh kedua orang tua dan kakak perempuannya. "Saya kaget," ujarnya.
Anwari: "Dari ia kecil, saya mengajarinya mengaji. Anaknya itu sebenarnya apik. Orangtuanya juga apik. Tapi, sejak tamat SMA, lalu kecelakaan, ia tidak pernah ke masjid. Malah tidak pernah kelihatan salat Jumat."