Harper menyarankan, dengan teorinya itu ia berharap bisa menyelamatkan orang yang kebetulan berada dalam situasi terkeroyok perilaku mobbing.
Dia menggambarkan, narsisme kelompok terbagi-bagi sesuai bentuk dan jumlah anggota kelompok. Misal, kelompok belajar "A", kelas lima SDN 03 Surabaya. Sampai yang tertinggi, kelompok suatu bangsa membentuk negara.
Harper menyebut, contoh narsisme kelompok yang menghasilkan mobbing terbesar di dunia adalah Nazi, dipimpin Adolf Hitler, 1937-1943. Hitler melakukan mobbing dengan memerintahkan pembantaian jutaan orang Yahudi, meskipun Yahudi tidak menyerang bangsa Jerman.
Hitler ia gunakan sebagai contoh, sekadar memperjelas teorinya tentang narsisme kelompok yang menghasilkan perilaku mobbing.
Peristiwa tewasnya penjual nanas di Pasar Gadung Gresik, pelakunya dijerat Pasal 170 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun enam bulan penjara.
Tentu, setelah kejadian, para pelaku terkejut atas tindakan mereka terhadap Eko. Sebagai orang sebangsa, tentunya para pelaku sedih. Mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah masuk dalam pusaran narsisme kelompok.
Narsisme kelompok akan berhenti pada sikap narsis. Stop di situ. Kalau tidak ada individu di luar kelompok yang mendekati. Antara lain, memakai kaos berlogo kelompok mereka. (*)