Radikal Shofa

Sabtu 17-12-2022,08:00 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Sistop Tanjung

Andai saja drh Yuda Kerjasama dgn dr Karina saya antri pertama untuk mlorotin celana

Sistop Tanjung

sepintar2 nya laki-laki kalau bini yg marah bisa langsung goblok mendadak

Leong putu

Dari Jakarta pergi Manado / Antar anak STM magang / Istri suka cita diberi kado / Apa daya ATM saya tak pegang / … #curhat

Yuli Triyono

Libur kerja pergi ke Jakarta / Jangan lupa mencoba naik bemo / Sesenang senangnya istri diberi kado / Lebih senang diberi bunga deposito.

Erik Tapan

Banyak terima kasih Pak Dahlan sudah membantu mempopulerkan Terapi Sel di masyarakat. Menjawab pertanyaan Bpk, "Harus, diapakan orang seperti Yuda ini?" Ijinkan kami menyumbang saran. Mudah-mudahan berkenan. Kami tidak meng_under-estimate_ kepakaran kolega Drh Yuda soal utak-atik sel & protein. Hanya jika Pak Dahlan dalam tulisannya, bertanya, "Harus diapakan orang seperti Yuda ini? ' Ijinkan kami menyumbang saran. Semoga bisa didiskusikan dan ditindaklanjuti. Biar bagaimana pun, Drh Yuda adalah salah satu aset bangsa yang sangat berharga. Agar bisa berpraktik sesuai aturan yang ada di Indonesia, Drh Yuda perlu membentuk tim. Di mana dalam tim tersebut ada dokter spesialis sesuai dengan penyakit yang bisa disembuhkan, seperti Penyakit Dalam, Saraf, dll. Hal ini umum di dunia terapi sel. Ada dokter operator/klinisi (dokter manusia) dan ada periset (bisa dari disiplin ilmu life science apa saja, tidak harus dokter). Ini juga bisa melindungi Drh Yuda kalau-kalau suatu saat suntikannya mengakibatkan alergi, dll. Kenapa disebut periset, karena sampai saat ini, terapi sel di Indonesia masih digolongkan sebagai terapi yang sedang dalam penelitian. Setiap terapi, perlu selalu di-evaluasi dan dilaporkan. Yang kedua, laboratorium tempat pengolahan produk Drh Yuda, harus bisa di- approved oleh Instansi terkait, seperti Kemenkes/BPOM. Hal ini tentu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa saja terjadi. Misalnya produk tercemar bahan … lengkapnya bisa di-search Kom

Johannes Kitono

CHD menampilkan foto DR.dr Karina yang cantik dengan rambut ikalnya.Bisa jadi ikal itu memang original dan bertambah keriting lagi berkat terapi PRP. Pengalaman 5 tahun lalu terapi PRP dan ternyata bagus hasilnya.Jadi pengin coba juga terapi Protein- Sel nya drh Yuda. Siapa tahu bertambah lincah dan gesit. Dan beruntung bisa dapat injeksi protein sel sebelum diundang Agro Wisata di Agrinex, Banten. Jadi bisa sedikit riya dan dengan lahap memakan buah buahan disana. Terutama buah Maprang ( mango plum, Bouea macrophylla Griff, gandaria ) yang enaknya aduhai. Buah eksotik itu bisa dimakan sama kulitnya. Sayang, tidak selalu tersedia di Week End Market CHATUCAK, Bangkok. Kepada manteman yang masih ragu ragu dengan Terapi PRP. Bisa baca di Kompasiana : Terapi PRP di Klinik NMW, Jakarta. Biaya terapi PRP di setiap rumah sakit umumnya berbeda.Jadi pandai pandai lah cek harganya. Dan sampai hari ini biaya Terapi PRP belum dicover oleh industri asuransi. Dianggap masih merupakan pengobatan experimental. Kalau PRP saja tidak dicover asuransi tentu Injeksi Protein sel juga sama. Memang, kalau mau sehat dan tambah perkasa pasti ada harganya.

Haruntri Purnomo

Setelah Dr.Purwati dari Surabaya,Drh.Yuda dari Magelang,Dr Karina dari Jakarta ada juga Dr.Indah Yulianto dari Surakarta. Empat kali anak saya yang Cerebral Palsy suntik di klinik InYu,Solo.Setelah Suntik pertama,anak saya bisa minum pakai sedotan dari susu kotak.Hasil yang luar biasa untuk anak saya yang sebelumnya susah minum. Waktu mau suntik yang kelima terhalang 'lock down' karena pandemi.Selanjutnya 'terhalang'karena biaya yang belum terkumpul kembali. Biaya sekali suntik seharusnya Rp 7,5 juta.Anak saya dapat keringanan jadi 6 juta. Terimakasih Dr.Indah,semoga semakin memberi manfaat kepada masyarakat terutama yang benar benar membutuhkan tetapi terhalang biaya .

Mirza Mirwan

Untuk Mbak Fiona. Maaf baru sempat baca. Tentang Dr. dr. Karina, SpBP, pernah ditulis dalam CHD (seingat saya) tiga kali -- judul yang saya ingat hanya "Cobaan Karina" -- di tahun 2021. Tentang "sekratom". Saya yakin Pak DI salah dengar. Yang dimaksud Dr. Karina adalah "sekretom" (secretome). Istilah sekretom itu diciptakan oleh Harold Tjalsma dari Institut Ilmu Biomolekuler dan Bioteknologi Universitas Groningen, tahun 2004. Sekretom adalah "all factors secreted by the cell along with the constituents of the secretory pathway" -- semua faktor yang disekresikan oleh sel bersama dengan konstituen dari jalur sekresi. Tetapi definisi sekratom itu lantas direvisi tahun 2010 menjadi lebih spesifik: "the proteins which are secreted into the extracellular space" -- protein yang disekresikan ke dalam ruang ektraselular. Pengertian "sekresi" sediri adalah proses membuat dan melepaskan substansi kimiawi dalam bentuk lendir (mucus) yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar. Hanya itu yang saya tahu. Saya tak berani menjelaskan, karena saya tak punya kompetensi dalam bidang sainstek, termasuk kedokteran. Dari membaca, saya sedikit tahu. Tetapi tak punya kompetensi untuk memberi penjelasan. Takut menyesatkan.

Tags :
Kategori :

Terkait