Puncak panasnya hubungan, Angela mendatangi rumah kontrakan Ecky di Tambun. Angela datang sendirian naik taksi online. Membawa dua kopor besar. Isinya pakaian dan perlengkapan sehari-hari. Mungkin, maksudnya mau pindah, hidup serumah dengan Ecky.
Di rumah kontrakan itulah terjadi cek-cok. Meningkat jadi perkelahian. Berakhir, setelah Ecky mencekik mati Angela.
Setelah Angela mati, mayatnya dibiarkan di situ. Dibungkus plastik. Ecky pulang ke rumah isteri. Anehnya, rumah itu berada di wilayah padat penduduk. Berderet enam rumah kontrakan. Para tetangga tidak mencium bau busuk.
Tapi, Ecky hampir setiap hari ke situ. Setiap datang membawa kopi. Bukan untuk diminum, melainkan bubuk kopi ditaburkan di mayat. Mengurangi bau busuk.
Ecky mengaku bingung. Mau dibawa ke mana jenazah itu?
Sepekan setelah pembunuhan, Ecky datang membawa gergaji elektrik dan dua kontainer plastik besar. Mayat sudah membusuk parah. Dipotong jadi tujuh bagian. Badan dan kelapa masih menyatu. Semua potongan dibungkus plastik hitam. Lantas dimampatkan di dua boks besar itu.
Pemotongan gergaji elektrik pastinya sangat berisik. Di rumah kecil itu. Padat penduduk. Ecky mengaku ke polisi, ia memotong setelah menunggu para tetangga keluar rumah, bekerja.
Hasilnya, kini lebih praktis. Tidak lupa, ditaburi bubuk kopi sangat banyak.
Supaya tidak mencurigakan tetangga, Ecky sering tinggal di situ. Potongan mayat dalam kontainer, diletakkan di kamar mandi. Ditutup. Baunya pasti luar biasa.
Setahun dua bulan kemudian, Ecky menghilang dari isterinya, yang kemudian dilaporkan sebagai orang hilang. Padahal, Ecky ditangkap polisi saat bersama janda asal Tangerang itu.
Kronologi berdasar pengakuan tersangka kepada polisi itu, menggambarkan hidup Ecky. Ia terjebak dalam permainan asmara yang ia ciptakan sendiri.
Mengapa orang menikah berselingkuh? Bahkan sampai berkali-kali?
Dr Lisa Firestone dalam bukunyi, "Sex and Love in Intimate Relationships" (2006) mengutip hasil riset di Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan Journal of Couple and Relationship Therapy (2002).
Di AS, 45 sampai 55 persen wanita menikah berselingkuh. Dan, 50 sampai 60 persen pria berselingkuh. Padahal, di sana pria-wanita boleh hidup bersama tanpa pernikahan. Data selingkuh itu untuk mereka yang sudah menikah.
Para peselingkuh itu, sekitar 90 persen merasa mereka bersalah secara moral dan agama. Ketika berselingkuh, psikologis mereka merasa tertekan.
Dr Firestone: "Perselingkuhan dirasa amoral oleh para pelaku, tapi mereka sekaligus menyukai proses selingkuh. Suatu hal yang kelihatannya kontradiktif."