Terima kasih Boss Dahlan atas apresiasinya, perusuh itu mengacau karena Disway adalah rindu. Rindu itu sesuatu yg tak jelas definisinya tapi jelas efeknya. Manufacturing hope itu rindu, yg bersalin rupa jadi Disway. Disway itu adalah rindu. Jangan baca Disway sehari saja, COBALAH, maka jiwamu akan meronta-ronta. Bahkan demi baca Disway, paket internet 100rb pun rela dibeli. Disway itu bagai sepatu dan perusuh adalah kumbangnya. Jika Disway itu sepasang pengantin maka perusuh pengacau itu pengiringnya. Dan sebagai pengiring, mohon dipahami, mereka pasti makannya barbar dengan porsi jumbo.
Otong Sutisna
Bingung kenapa analoginya sepatu dan kumbang, kenapa tidak sepatu dan kaki…. Oooh …. mungkin kalau sepatu dan kaki, kakinya yang rorombeheun dan bau lagi jadi kurang pas….kalau kumbang kan bisa pindah ke lain hati….ups' maaf ke lain bunga.
Mirza Mirwan
Nah, manteman sekarang tahu, 'kan, kalau di edisi awal-awal CHD dulu judulnya bukan hanya dua kata? Lihat skrinsyut judul CHD edisi pertama itu: Lebih Menyiksa dari Sakit Jantung (5 kata). Hari berikutnya juga 5 kata: Merelakan Ditinggal Anak, Cucu, Menantu. Edisi ke-3 malah 6 kata: Rakus Lentil dan Kurma Mentah Beku. Selanjutnya, lihat sendiri di arsip CHD. Saya malah lupa sejak kapan Pak DI istikamah membuat judul dengan dua kata. Bahkan juga lupa sejak kapan saya ikut nimbrung berkomentar. Yang saya ingat, waktu itu saya meluruskan komentar entah siapa, lupa. Lalu keterusan. Meski tidak rutin tiap hari. Mongomong soal judul, kalau saja CHD tanpa judul kalian tetap membacanya juga, 'kan? "Catatan Pinggir"-nya Pak GM di Tempo dulu, saya ingat benar, di awal-awal juga tanpa judul. Kalau tidak percaya, silakan tanya ke Pak GM. Begitu diberi judul, lebih sering hanya dengan satu kata. Namanya juga catatan, suka-suka yang membuat catatan.
bagus aryo sutikno
Bang Mirza, Boss Dahlan menjuduli artikelnya dengan dua kata dilakukan sejak Ultramen membangun pabrik Ultraflu.
Agus Suryono
#pak MM Yang SATU itupun tetap baca. Karena levelnya sudah KECANDUAN. Kecanduan baca. Kecanduan komen. Kecanduan ngeyel. He he.. #guyon ben awet tuwo..
Sutikno tata
Gak enak! gak bakalan se-asyik ini!, rubik baru itu pikiran orang besar yang suka ekspansi besar, lebih asyik tetap jadi satu kolam, mau ikan mas ada mau cucut juga ada.. tes aja pindahin satu tulisan di OPINI ke CATATAN HARIAN DAHLAN tambahin pengantar satu paragraf tulisan abah diatas , cek jumlah pembaca, share dan komentar.. mesti beda jauh.. Apalagi kalau sampai pemilihan moderator pakai vote, halah PSSIway jadinya..
bagus aryo sutikno
Ssx bss dhln mnls tnp hrf vkl, knsnn sm. Br pmbc th hdp trs sp tnp vkl. 5 thn Dsw, stny mmbr dk. . Sesekali Boss Dahlan menulis tanpa huruf vokal, Konsonan semua. Biar pembaca tahu hidup terasa sepo tanpa vokal. 5 tahun Disway, saatnya memberi adik. #VOKAL donk para pembaca.
Kliwon
Selamat Bli Leong. Komentar seriusmu dibawah itu benar² sangat serius. Aku hitung dengan serius, komentarmu itu mengandung 147 kata 'serius'. Dan saking aku gabut serius, bahkan aku begitu serius & khusuk meresapi dengan serius. Serius.., itu membuktikan betapa seriusnya dirimu ingin berkomentar serius. Aku jadi yakin, sebenarnya dirimu sangat bisa serius. Jangan dengar olokan orang yang menuduhmu ngga pernah serius. Aku pernah baca buku serius yang isinya juga serius. Katanya hidup serius tidak selalu menghasilkan kesuksesan yang serius. Sebaliknya, hidup tidak serius tak selalu menghasilkan kegagalan yang serius. Yang pasti kesuksesan/kegagalan, selalu akan menjadi pengalaman yang serius. Karena Tuhan menciptakan semesta ini dengan serius. Dan kita mau serius atau tidak serius menjalani hidup, hasil akhirnya tetap serius. Akhirul kalam, dengan tulus dan serius, mohon maaf kalau komentar serius ini terlalu serius. Dan terima kasih sudah membaca dengan serius.
Budi Utomo