Ramadan Terakhir Kami di Gang Dolly

Sabtu 01-05-2021,07:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Ustadz Lukman Hakim yang baru selesai mengajar menyapa kami. Sementara itu, santri dewasa sudah bergegas meninggalkan ruangan. “Harus gantian mas, panggone (tempatnya) terbatas,” kata pemuda asli Dolly itu.

Pesantren menggunakan sistem tilawati hingga jilid 5. Sementara yang dewasa mengaji Alquran hingga khatam.

Mereka yang sudah lulus akan ditawari mengajar di pesantren yang sudah punya santri lebih dari 300 orang itu.

Karena tempat dan pengajar terbatas, pengurus pesantren juga menggunakan rumahnya untuk tempat mengaji. Tak ada rotan, akar pun jadi. Ruang tamu dan halaman rumah jadi pesantren. 

Guru ngaji Pesantren JeHa Dolly  Lukman Hakim  membimbing santri di eks Wisma Puteri Lestari (15-4) . Foto: Eko disway 

Mereka tidak mengeluh. Sudah terbiasa bertahan dalam keterbatasan. Toh, setiap tahun jumlah santri semakin banyak.

Dan kota ini tidak kekurangan orang-orang dermawan. Sehingga, semua biaya mereka digratiskan. 

Lukman memberi tahu kami bahwa ini adalah bulan terakhir Pesantren JeHa di Gang Dolly. Pemilik gedung butuh duit segera. Kontrak tidak diperpanjang. Pengurus harus berkemas-kemas. Memindahkan semua barang ke markas lain di Putat Jaya Gang IV B.

Kami kaget setelah mendengar kabar itu. Lukman tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala. Yang dia katakan benar. Pengurus belum punya duit untuk membeli gedung yang penuh kisah perjuangan itu. “Belum diberi tahu Pak Nasih, ta?” tanya Lukman.

M. Nasih adalah salah seorang pendiri Pesantren JeHa. Tiga hari sebelumnya kami menemuinya di Putat Jaya Gang IV B

Spanduk bertuliskan perbuatan baik itu menghapuskan Dosa tertempel di sudut eks wisma yang digunakan untuk mengaji anak-anak Pesantren JeHa Dolly-Foto Eko disway 

Ia tidak cerita sama sekali bahwa kontrak pesantren di Gang Dolly habis bulan April. 

Ia hanya menerangkan bahwa pesantren masih berupaya membangun masjid dan pusat pendidikan Alquran di Putat Jaya. Dibangun di atas tiga eks wisma. Ada asrama di sana. Agar santri bisa dibina 24 jam di pondok. 

Kami langsung menghubungi Nasih yang sore itu masih ada acara lain. Ternyata kabar itu benar. Pemilik gedung menjual wismanya dengan harga Rp 1,7 miliar. Padahal beberapa tahun sebelumnya harganya masih Rp 1 miliar.   “Iya. Ini Ramadan terakhir kami di Dolly,” ucapnya. (*) 

Tags :
Kategori :

Terkait