Ramadan Terakhir Kami di Gang Dolly

Sabtu 01-05-2021,07:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Pesantren Jauharotul Hikmah (JeHa) akan tersingkir dari bumi Dolly mulai hari ini (1/4). Wisma bekas prostitusi yang mereka sewa, sudah habis masa kontraknya per 30 April. Kalau mau tetap di Dolly, lentera dakwah yang berdiri sejak 2008 itu harus menyediakan duit Rp 1,7 miliar.

***

GANG-gang Dolly sudah banyak berubah. ’’Toko-toko kelamin’’ di antara gang sempit di kawasan Putat Jaya itu sudah beralih fungsi. Jadi konter HP, warung makanan, dan sebagian lagi ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya.

Tak jauh dari gapura, dua bocah sedang duduk berdempetan di bangku semen, Kamis (15/4). Mereka adalah santri cilik Pesantren JeHa Gang Dolly. Rambut mereka masih basah. Sampai merembes ke pinggiran peci. Bedak yang ditabur di wajah keduanya juga sampai meleleh. Sepertinya mereka habis keramas, lupa pakai handuk.

Sang ibu sedang tergesa-gesa saat menurunkan mereka di depan pintu pesantren. Mereka tak masuk langsung karena pintu pesantren masih tertutup. Di dalam masih terdengar suara santri dewasa yang membaca Alquran. Keduanya harus menunggu pergantian kelas pukul 15.00 yang masih kurang lima menit lagi.

Anak-anak yang menunggu antrian mengaji di eks Wisma Puteri Lestari Dolly (15-4)- Foto: Eko Disway 

Di hadapan dua bocah itu berdiri kukuh gedung tiga lantai. Fasad depan dicat merah jambu, sementara tulisan “Wisma Putri Lestari” masih dipertahankan. Wisma adalah sebutan untuk rumah prostitusi di kawasan Jarak-Dolly.

Pengelola JeHa ingin sekali menghapus tulisan timbul itu. Tapi apa daya. Gedung itu bukan milik mereka. Aset yang sudah mereka kuasai berada di Putat Jaya Gang IV B. Sementara yang di Dolly statusnya masih mengontrak. 

Setelah menunggu lima menit, dua bocah itu akhirnya masuk. Ternyata teman-teman mereka sudah menunggu di dalam. Rata-rata masih TK dan kelas 1 SD. Itulah generasi baru Pesantren Jeha dari kelas tilawati jilid pertama.

Mereka duduk anteng, sambil menunggu kakak kelasnya berkemas. Tempat duduk mereka adalah kursi berundak berlantai keramik. Sangat khas Dolly. Dahulu ada sofa berwarna merah mawar terpasang di sana. Pekerja seks duduk sambil menunggu pria-pria mursal dari dalam “akuarium”.

Perempuan dengan pakaian minim memajang diri di balik dinding kaca. Pelanggan boleh melihat-lihat dari luar.

Menawar harga dan mencari yang pas. Kegiatan itu berlangsung menjelang Ramadan 2014. Wali Kota Tri Rismaharini menutup lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu untuk selamanya. 

Wisma Putri Lestari termasuk kelas menengah. Masih ada wisma kelas atas yang berada di tengah-tengah Gang.

Seperti Wisma Barbara yang sudah dibeli pemkot Surabaya. Ada juga wisma kelas bawah dengan koleksi PSK yang bisa dihitung jari. 

Lokasi Wisma Putri Lestari tergolong yang paling strategis. Dekat di mulut gang. Tepatnya, gedung kelima dari gapura. 

Di lantai dasar ada dua kamar berukuran 9 meter persegi. Ada satu tempat tidur dan kamar mandi tanpa pintu yang cuma disekat tembok setinggi satu setengah meter. Sepuluh kamar sisanya ada di lantai 2. Sementara lantai tiganya masih kosong.

Pesantren JeHa hanya menempati lantai pertamanya. Sementara lantai atas dibiarkan mangkrak. Butuh uang untuk membersihkan dan merenovasinya. JeHa tak mampu melakukannya.

Foto-foto kegiatan santri  terpasang di dinding  eks wisma Puteri Lestari Pesantren JeHa Dolly -Foto: Eko Disway 
Tags :
Kategori :

Terkait