Ucapan Mahfud sependek itu ternyata berdampak. Kabag Pemberitaan KPK Ali Fikri di gedung KPK, Jakarta Selatan kepada pers Jumat (24/2), menyatakan, KPK akan memeriksa Rafael dalam waktu dekat. "Segera," ujarnya.
Tapi, mengapa Rafael dan isteri (mereka sudah menjenguk David di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, dan siap menanggung biaya pengobatan) tidak mengajari Mario bersikap ksatria?
Buat keluarga Rafael, mengajari anak bersikap ksatria pastinya tidak sulit. Dalam kapasitas mereka. Kecuali bagi rakyat Indonesia yang rata-rata miskin. Miskin harta miskin ilmu (merujuk data Badan Pusat Statistik hasil sensus penduduk 2020, rata-rata lama sekolah populasi Indonesia 8,7 tahun pria dan 8,5 tahun wanita. Atau, rata-rata putus sekolah di kelas 3 SMP).
Maggie Dent dalam bukunyi bertajuk: "From Boys to Men: Guiding Our Boys to Grow into Happy, Healthy Men (2021) menjabarkan cara mendidik anak laki bersikap sopan dan ksatria. Sejak balita sampai dewasa muda (seusia Mario Dandy). Buku ini best seller di Amerika Serikat. Bahwa anak tak cukup diberi makan dan harta (Rubicon, HD) tapi dididik ortu. Selain sekolah.
Diurai, anak laki sejak bayi secara kultur dan universal, cenderung agresif. Suka agresi, tapi bukan kekerasan (violence). Awalnya, balita laki agresi terhadap laki dan perempuan. Kemudian, ortu mengajari bahwa fisik perempuan lebih lemah banding laki. Maka, harus dilindungi, dihormati.
Lalu anak laki berkembang, agresi terhadap sesama laki. Agresi dalam arti, agar terhubung dan bersenang-senang dengan anak laki lain. Misal, berloncatan, main kasar, saling dorong, terjatuh, adalah biasa. Lumrah.
Saat itulah ortu mengajari ke anak: "Terpenting, saat mendorong anak lain, tidak berniat menyakiti. Tapi bergurau."
Sangat penting untuk tidak menghukum anak laki, saat mereka secara tidak sengaja menyakiti anak laki lain, ketika mereka bermain secara fisik.
Ortu wajib menjelaskan kepada anak laki balita, bahwa bentuk permainan kasar secara fisik hanya dapat diterima oleh anak laki-laki lain, bukan anak perempuan.
Dent: "Mengingat, dorongan naluriah laki diwarisi dan berlanjut sejak masa manusia tinggal di gua, adalah untuk membunuh mammoth (gajah purba) sebagai makanan. Laki tidak takut. Maka bentuk permainan kasar berasal dari asal biologis manusia sebagai pola dasar."
Dent (67) adalah guru SMA di Australia, punya empat anak laki yang kini sudah pada dewasa. Dia menulis banyak buku tentang pendidikan anak.
Dalam bukunyi, Dent menyitir teori Michael Gurian dalam bukunya bertajuk: "Saving our Sons (2017).
Kalimat di buku Gurian yang dikutip, berbunyi: “Pendekatan laki-laki terhadap persahabatan dan cinta, berbeda dari perempuan. Laki-laki menekankan tantangan dan pengejaran keberanian bersama laki lain, dan ikatan semacam ini sangat penting untuk kelangsungan hidup dan perkembangan manusia. Sejak purba hingga kini.”
Dent dan Gurian sama-sama menarik garis karakter laki sejak manusia purba. Masih tampak sekarang.
Problem baru muncul, jika salah satu anak laki merasa diperlakukan salah, atau tidak dihargai oleh anak laki lain. Saat itulah bentuk permainan bisa berubah dari agresif persahabatan, menjadi kekerasan (violence).
Saat itulah ortu anak laki yang berperilaku tidak menghargai teman lakinya, menasihati, bahwa anak tersebut sudah melanggar batas. Yakni, niat tidak menghargai teman itu adalah menyakiti (hati) temannya. Itu perilaku salah. Karena, anak yang tersakiti bakal membalas. Akhirnya terjadi kekerasan. Bisa brutal. Karena mereka keturunan pemburu mammoth.