Laporan itu diunggah Williams ke medsos, sehingga viral. Dalam sehari unggahan itu dikomentari lebih dari 100 ribu warganet. Semua warganet yang komentar, mengutuk Ramzan. Efeknya meluas ke seluruh wilayah Inggris. Restoran milik orang Asia di sana langsung sepi pengunjung. Warga Inggris marah.
Polisi setelah memeriksa, menahan Ramzan yang sudah berkeluarga punya dua anak. Keluarga Ramzan dibully warganet.
Ternyata, setelah beberapa hari polisi menyidik, laporan Williams palsu. Semua saksi yang ditunjuk Williams menyangkal. Bahkan, para saksi mengaku, tidak kenal Williams. Maka, kondisi berbalik, Ramzan dibebaskan, Williams ditahan karena membuat laporan palsu. Kini masih dalam proses sidang.
Polisi Inggris memeriksakan Williams ke psikiater. Hasilnya, dinyatakan Williams menderita Munchausen Syndrome. Ini jenis kelainan jiwa, suka menyakiti diri sendiri. Juga gemar mengaku disakiti dan diperkosa.
Dr Jane Fisher dalam karyanyi bertajuk: "Playing patient, playing doctor: Munchausen syndrome, clinical S/M, and ruptures of medical power", dipublikasi di jurnal ilmiah The Journal of Medical Humanities (2006) menyatakan, pengidap Munchausen Syndrome suka membikin gangguan buatan.
Antara lain, menyakiti diri sendiri. Banyak kasus pengidap Munchausen Syndrome (MS) mengaku diperkosa, dengan bukti-bukti seolah valid. Tapi sesungguhnya palsu.
Dr Fisher dosen juga peneliti psikiatri di Fakultas Kedokteran, Monash University, Melbourne, Australia. Ia menulis tentang SM itu hasil riset terhadap pasien.
Dipaparkan, pengidap MS suka membesar-besarkan atau menciptakan sesuatu yang tidak ada, berbentuk gejala penyakit pada dirinya sendiri. Bisa juga menyakiti dirinya langsung. Tapi, kebanyakan mengarang suatu cerita, seolah dirinya teraniaya oleh orang lain. Tujuannya tidak jelas.
Banyak dokter menganggap, pengidap MS cuma mencari perhatian. Padahal, perilaku pengidap MS selalu berulang. Menyakiti diri sendiri, atau cerita bahwa dirinya dianiaya orang.
Dalam beberapa kasus ekstrim, orang dengan MS sangat berpengetahuan tentang praktik kedokteran. Juga bisa menghasilkan gejala yang mengakibatkan analisis medis yang panjang dan mahal.
Penyebab pasti, belum diketahui dunia kedokteran. Peneliti percaya, faktor biologis dan psikologis berperan dalam perkembangan gangguan jiwa ini. Faktor risiko untuk mengembangkan gangguan buatan mungkin termasuk trauma masa kanak-kanak. Atau tumbuh dengan orang tua atau pengasuh yang tidak tersedia secara emosional (tidak sayang pada anak tersebut).
Satu-satunya jalan sembuh cuma diterapi psikologis.
Di kasus Yunita, menurut AF, dia suka menyilet tangan setelah berhubungan seks. Itu masochist. Kelainan seks, suka menyakiti diri sendiri saat berhubungan seks, dan itu menimbulkan kepuasan. Yunita juga mengaku diperkosa, yang terbukti palsu. Apakah dia mengidap MS?
Pengidap MS suka mengaku diperkosa, menurut Dr Fisher, tanpa tujuan jelas. Sedangkan, Yunita mengaku diperkosa untuk melawan laporan 17 anak yang dia lecehkan. Dua hal beda.
Betapa pun, RS Jiwa sudah menyatakan Yunita mengidap kelainan jiwa. Apakah dia bakal dipenjara atau diterapi di RS Jiwa, tergantung hasil sidang kelak. (*)