Salam Karma

Minggu 09-04-2023,04:15 WIB
Reporter : Dahlan Iskan
Editor : Dahlan Iskan

Tapi juri percaya pada hasil pemeriksaan DNA. Termasuk soal rambut tadi.

Memang di pemeriksaan polisi yang pertama mereka juga mengaku melakukan perbuatan itu. Pengakuan tersebut lantas diformalkan dalam rekaman.

Rekaman itulah yang diperdengarkan ke juri.

Ketika pemeriksaan itu, Salam, karena sudah 16 tahun, tidak didampingi orang tua. Saat pemeriksaan Salam didampingi pengacara.

Kepada pengacara inilah Salam mengaku tidak bersalah. Teman-temannya pun yakin ia tidak bersalah. Mereka hanya merasa mengganggu Meili tapi tidak sejauh yang dituduhkan. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada Meili malam itu.

Akhirnya, satu minggu setelah ditangani pengacara, mereka menarik pengakuan. Mereka merasa terintimidasi polisi.

Di pengadilan mereka konsisten mengaku tidak bersalah. Sampai pun ketika hukuman dijatuhkan.

Saat hukuman itu dijatuhkan Salam membacakan pernyataan dengan gaya membaca puisi. Lantang. Penuh keyakinan. Semua media memuatnya, termasuk sebagai sumber tulisan ini:

"Saya anggap hukuman ini sebagai tes.

Dari Allah, Tuhan kami.

Semua yang saya dan teman-teman katakan adalah kebenaran.

Saya tidak pernah merusak ajaran agama saya dengan berbohong".

Terhukum lainnya juga membuat pernyataan senada: kelak kebenaran akhirnya akan muncul.

Lalai mereka menjalani hukuman.

Salah seorang dari mereka bertemu narapidana lain yang tidak ada hubungannya dengan Central Park Lima. Namanya: Matias Reyes.

Reyes iba dan terketuk hatinya. Ia memang mengaku bersalah. Telah memerkosa beberapa gadis dan merampoknya. Ia pantas dihukum. Tapi remaja yang ini tidak. Apalagi mereka sampai sudah menjalani hukuman lima tahun. Belum juga menemukan kebenaran.

Tags :
Kategori :

Terkait